12 Daftar Nama Korban Peristiwa G30S PKI, Lengkap dengan Profilnya

Peristiwa G30S PKI telah meninggalkan catatan kelam bagi sejarah bangsa Indonesia. Sejarah mencatat, 11 dari 12 orang korban tewas dalam peristiwa tersebut.

12 Daftar Nama Korban Peristiwa G30S PKI, Lengkap dengan Profilnya
image

Daftar Isi

Makassar -

G30S PKI atau yang juga dikenal dengan peristiwa Lubang Buaya merupakan sebuah peristiwa pemberontakan yang meninggalkan catatan kelam bagi sejarah bangsa Indonesia. Sejarah mencatat, 11 dari 12 orang korban harus meregang nyawa akibat peristiwa tersebut.

Peristiwa G30S PKI terjadi di tengah situasi politik Indonesia yang sedang tidak stabil. Pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) tersebut bertujuan untuk mengubah ideologi bangsa Indonesia.

Sebagian besar korban yang gugur dalam peristiwa tersebut merupakan petinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD). Melalui beberapa Keputusan presiden di tahun 1965, mereka kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, siapa saja yang menjadi korban G30S PKI? Berikut ini daftar nama-namanya, lengkap dengan profilnya masing-masing.

Yuk disimak!

Daftar Nama-nama Korban G30S PKI yang Tewas

Dilansir dari laman resmi Kemendikbud, berikut daftar nama-nama korban pemberontakan kejam G30S PKI:

1. Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani

Ahmad Yani merupakan salah satu korban yang tewas dalam pemberontakan G30S PKI, tepatnya tanggal 1 Oktober 1965. Ia terbunuh akibat difitnah ingin menjatuhkan Presiden Soekarno pada tahun yang sama.

Ketika mengembuskan napas terakhirnya, Ahmad Yani berpangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang didapatnya pada tahun 1962. Sebelumnya, pada 1958 ia diangkat sebagai Komandan Komando Operasi 17 Agustus di Padang, Sumatera barat untuk memberantas pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

Sikap bela tanah air Ahmad Yani ini sudah terlihat sejak ia masih remaja. Pria kelahiran Purworejo pada 19 Juni 1922 ini mengikuti pendidikan Heiho atau tentara pembantu bentukan Jepang dan ikut serta dalam organisasi Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.

Dari sana, karir Ahmad Yani pun berkutat di dunia militer hingga akhir hayatnya. Ia juga sempat ikut dalam pemberantasan PKI Madiun 1948, Agresi Militer Belanda II, dan penumpasan DI/TII di Jawa Tengah.

2. Letjen (Anumerta) Suprapto

Suprapto merupakan pejuang kelahiran Purwokerto pada 20 Juni 1920. Karirnya di dunia militer dimulai dengan masuk Akademi Militer Kerajaan Bandung. Sayangnya, pendidikannya tersebut harus berhenti karena pendaratan Jepang di Indonesia.

Namun, pada awal kemerdekaan Indonesia, Suprapto turut serta dalam usaha bangsa Indonesia merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Setelahnya, ia melanjutkan karir militernya dengan masuk Tentara keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto.

Saat berkarir di TKR, Suprapto dipercaya sebagai ajudan Panglima Besar Sudirman dalam pertempuran di Ambarawa. Karir Suprapto di militer pun semakin melejit.

Di tengah puncak karirnya, PKI mengajukan pembentukan angkatan perang kelima, namun Suprapto menolaknya. Nahasnya, ia pun menjadi korban pemberontakan G30S PKI yang jasadnya ditemukan di Lubang Buaya.

3. Letjen (Anumerta) S. Parman

Siswondo S Parman atau akrab disapa S. Parman merupakan petinggi TNI AD orde lama yang berkutat di bidang intelijen. Pria kelahiran Jawa Tengah pada 4 Agustus 1918 itu pernah dikirim ke Jepang untuk memperdalam ilmu intelijen pada Kenpei Kasya Butai.

Begitu Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, S. Parman pun memilih mengabdi kepada negara untuk memperkuat militer Indonesia. Terlebih lagi, pengalamannya di bidang intelijen sangat berguna bagi TNI pada masa itu.

Dengan keahliannya, S. Parman berhasil mengetahui rencana yang diusung PKI yang ingin membentuk angkatan kelima. Karena hal itu, ia diculik dan harus gugur pada tanggal 1 Oktober 1965.

4. Letjen (Anumerta) M.T. Haryono

Berbeda dengan pahlawan revolusi lainnya, Mas Tirtodarmo Haryono atau M.T. Haryono memiliki latar belakang pendidikan di Ika Dai Gaku yaitu sekolah kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, barulah ia terjun ke dunia militer dengan bergabung bersama TKR dan menyandang pangkat mayor.

M.T. Haryono dikenal sebagai sosok yang piawai dalam berbahasa Belanda, Inggris, dan Jerman. Bakatnya itu pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk melakukan berbagai perundingan internasional.

M.T. Haryono kemudian berkarir di Kementerian Pertahanan dan sempat menjabat sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia. Setelahnya, pada tahun 1950, ia menjadi Atase Militer RI untuk Negeri Belanda.

Pada tahun 1964, M.T. Haryono dipercaya menjabat sebagai Direktur Intendans dan Deputy III Menteri/ Panglima Angkatan Darat. Satu tahun setelahnya, ia gugur akibat pemberontakan G30S PKI.

5. Mayjen (Anumerta) D.I. Panjaitan

Donald Ignatius Panjaitan atau lebih dikenal dengan D.I. Panjaitan adalah pahlawan yang lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli. Ia memulai karir di dunia militer dengan memasuki pendidikan militer Gyugun saat Indonesia masih diduduki oleh Jepang.

D.I. Panjaitan kemudian ditempatkan di Pekanbaru, Riau sampai Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Setelah itu, ia pun turut serta membentuk TKR dan memiliki karir cemerlang di bidang ini.

Sebelum gugur dalam pemberontakan G30S PKI, D.I. Panjaitan sempat diangkat sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat. Bahkan, ia mendapat tugas belajar di Amerika Serikat.

6. Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo

Pada masa penjajahan Jepang, Sutoyo mulanya menempuh pendidikan di Balai Pendidikan Pegawai Tinggi di Jakarta. Pria kelahiran 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah ini kemudian menjadi seorang pegawai negeri pada Kantor Kabupaten di Purworejo.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, ia bergabung dalam TKR bagian kepolisian. Sutoyo menjadi anggota Korps Polisi Militer.

Karirnya lantas melejit dengan diangkat menjadi ajudan Kolonel gatot Subroto. Setelahnya, Sutoyo menjadi Kepala bagian Organisasi Resimen II Polisi Tentara di Purworejo.

Sutoyo kemudian diberi tugas sebagai Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat pada tahun 1961. Ketika PKI mengusung pembentukan angkatan kelima, Sutoyo menentangnya dan akhirnya ikut gugur dalam pemberontakan G30S PKI.

7. Brigjen (Anumerta) Katamso

Katamso mengikuti pendidikan militer pada PETA di Bogor saat masa pendudukan Jepang. Pejuang yang lahir pada 5 Februari 1923 di Sragen, Jawa tengah ini kemudian diangkat menjadi Shocando (prajurit yang pernah sekolah pada tingkat menengah pertama) PETA di Solo.

Kemerdekaan Indonesia pun diproklamasikan, Katamso kemudian masuk TKR lalu menjadi seorang TNI. Dia terus melanjutkan karirnya bersama militer Indonesia.

Pada tahun 1958, Katamso ditugaskan ke Sumatera Barat untuk memberantas pemberontakan PRRI. Di sana ia datang sebagai Komandan Batalion A Komando Operasi 17 Agustus.

Setelahnya, katamso menjadi Staf Resimen Team Pertempuran (RIP) II Diponegoro di Bukittinggi. Namun, nahas ia harus gugur sebab beringasnya pemberontakan G30S PKI.

Kemudian pada tanggal 22 Oktober 1965, mayatnya baru ditemukan. katamso dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

8. Kapten (Anumerta) Pierre Tendean

Pierre Tendean lulus dari Akademi Militer Jurusan Teknik pada tahun 1962. Pria kelahiran Jakarta 21 Februari 1939 ini menjabat sebagai Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando daerah Militer II/ Bukit Barisan di Medan.

Pierre Tendean juga turut serta menyusup ke daerah malaysia saat sedang berkonfrontasi dengan negara tersebut. Hingga pada April 1965, Pierre Tendean yang masih seorang perwira muda itu diangkat sebagai ajudan Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/ kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Nasution.

Saat melaksanakan tugas di sana, Pierre tertangkap oleh kelompok G30S PKI dan mengaku sebagai A.H. Nasution. Dia merelakan dirinya ditangkap dan terbunuh untuk melindungi Jenderal Nasution.

9. A.I.P. II (Anumerta) K.S. Tubun

Karel Satsuit Tubun atau akrab disapa K.S. Tubun merupakan pejuang yang dilahirkan di Tual, Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928. Memulai karirnya di bidang militer, ia masuk ke Sekolah Polisi Negara di Ambon.

Di sana, K.S. Tubun diangkat sebagai Agen Polisi Tingkat II kemudian ditugaskan dalam kesatuan Brigade Mobil (Brimob) di Ambon. Dirinya lalu ditugaskan di Brimob Dinas Kepolisian Negara di Jakarta, kemudian dipindahkan ke Medan pada tahun 1955, dan dipindahkan lagi ke Sulawesi pada 1958.

K.S. Tubun lalu ditugaskan sebagai pengawal di kediaman Dr. Y. Leimena yang berdampingan dengan rumah Jenderal A.H, Nasution. Saat pemberontakan terjadi K.S. Tubun melawan sehingga tertembak dan gugur.

10. Kolonel (Anumerta) Sugiyono

Sugiyono merupakan pahlawan revolusi yang lahir pada 12 Agustus 1926 di Desa gendaran, daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Dirinya bersekolah di pendidikan militer pada PETA pada masa penjajahan Jepang.

Sugiyono pernah mengenyam pendidikan sekolah dasar sehingga diangkat menjadi Budanco di Wonosari. Karirnya di dunia militer pun terus melesat dengan mengikuti sejumlah pemberontakan di Tanah Air.

Pada tanggal 1 Oktober 1965, Sugiyono ditangkap di markas Korem 072 yang telah dikuasai gerombolan PKI sepulangnya dari Pekalongan. Dirinya kemudian terbunuh di Kentungan, Yogyakarta. Sedangkan jasadnya ditemukan pada 22 Oktober 1965.

11. Ade Irma Suryani

Dilansir buku Sejarah Kelas XII oleh Drs. Sardiman A.M, M.Pd, salah satu korban keganasan pemberontakan G30S PKI ini adalah Ade Irma Suryani. Dirinya adalah putri seorang panglima TNI A.H. Nasution yang menjadi target utama dalam pemberontakan ini.

Saat itu Ayahnya, berusaha untuk melarikan diri dari gerombolan pasukan G30S PKI dengan cedera di kakinya. A.H. Nasution pun berhasil lolos, namun sayangnya sang putri Ade Irma Suryani harus meregang nyawa akibat pemberontakan ini.

A.H. Nasution, Korban Selamat dalam Pemberontakan G30S PKI

Pasukan G30S PKI yang didukung oleh Kesatuan Militer Kodam Diponegoro dan Brawijaya melancarkan operasi untuk menculik sejumlah angkatan bersenjata termasuk Jenderal A.H Nasution.

Para penculik berhasil menangkap dan membunuh korban lainnya yang kemudian dimasukkan ke dalam sumur tua atau disebut dengan lubang buaya. Namun, para pemberontak gagal menculik jenderal paling senior yaitu Abdul Haris Nasution atau dikenal A.H. Nasution.

A.H. Nasution memiliki sikap anti komunis dan menentang berat pembentukan angkatan kelima. Hal tersebut membuatnya menjadi salah satu target operasi penculikan G3-S/PKI.

A.H. Nasution yang saat itu menjabat sebagai Menko Hankam/ Kepala Staf ABRI dapat meloloskan diri dengan cedera di kakinya. Ajudannya, Letnan Satu Piere Tendean pada saat itu berhasil melindungi A.H. Nasution dengan berpura-pura menjadi dirinya. Alhasil, A.H. Nasution selamat dari kekejaman pemberontakan ini.

Jenderal A.H. Nasution lahir pada 3 Desember 1918 di Kotanopan, Tapanuli. Dirinya dikenal sebagai sosok pemikir militer yang melahirkan konsep Dwi fungsi ABRI tentang peran ABRI sebagai kekuatan pertahanan dan sosial politik.

Nah, itulah tadi daftar nama-nama korban pemberontakan G30S PKI. Semoga semakin menambah wawasan kalian ya, detikers!

Simak Video "Lukas Tumiso, Eks Tapol Penyintas Pulau Buru"
[Gambas:Video 20detik]
(urw/urw)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow