Duh, Dibangun untuk Abadikan Peristiwa Bersejarah, Kini Kondisi Monumen Operasi Lintas Laut di Jembrana Memprihatinkan

SEPERTI orang uzur yang hidup segan, mati tak mau. Monumen yang berada di pinggir jalan Denpasar - Gilimanuk, bangunan yang sudah rusak.

Duh, Dibangun untuk Abadikan Peristiwa Bersejarah, Kini Kondisi Monumen Operasi Lintas Laut di Jembrana Memprihatinkan
image

Monumen Operasi Lintas Laut Jawa – Bali adalah salah satu monumen bersejarah dalam mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia melawan penjajah bulan April -Juli tahun 1946. Sayangnya, kini sudah tidak terawat. Bahkan peringatan yang digelar setiap 4 April tiap tahun, sudah tidak digelar lagi sejak tiga tahun terakhir. Padahal pepatah mengatakan "Bangsa yang besar adalah yang  menghargai jasa pahlawannya".

SEPERTI orang uzur yang hidup segan, mati tak mau. Monumen yang berada di pinggir jalan Denpasar - Gilimanuk, bangunan yang sudah rusak parah pada bagian wantilan.

Dalam bangunan berisi sejumlah foto komandan pasukan pernah waktu itu Kapten Markadi, tanda jasa dan peninggalan bersejarah. Kerusakan terparah pada bagian atap dan plafon yang banyak jebol.

Baca Juga: Monumen Perang Puputan Jagaraga, Buleleng (2): Tempat Mengenang Kepahlawanan dan Belajar Sejarah

Bahkan kamar mandi umum sudah rusak parah pada bagian atap dan tidak bisa digunakan lagi. Kondisi memperhatikan, pada bagian bangunan berupa tugu di bagian belakang banguna monumen utama. Bangunan tembok berisi nama - nama para pejuang rusak.

Rusaknya bangunan wantilan ini, selain karena ulah monyet dari dalam kawasan hutan Taman Nasional Bali Barat, juga karena minimnya biaya perawatan. Kerusakan bangunan, terutama pada atap dan plafon sudah mulai terjadi sejak dua tahun terakhir dan saat ini kondisi semakin parah. 

”Sudah sempat ada yang mengukur, tapi tidak diperbaiki juga. Saya perbaiki sendiri sekadarnya karena tidak punya peralatan,” kata Margiyo, petugas kebersihan monumen.

Baca Juga: Monumen Perang Puputan Jagaraga, Buleleng (1): Kesaksian Melawan Penjajah, Hukum Tawan Karang, dan Siasat Bali Utara

Wantilan Monumen Operasi Lintas Laut, merupakan tanggungjawab dari Dinas Sosial Jembrana. Bangunan yang saat ini berdiri, hasil rehabilitasi sekitar tahun 2018.

Dalam perkembangannya, karena banyak kawanan monyet, bangunan perlahan dirusak sedangkan perbaikan tidak ada anggaran.

Hanya ada anggaran untuk pemotongan rumput liar di sekitar monumen setiap bulan 20 liter bahan bakar mesin potong rumput.

Namun dengan jumlah jatah bahan bakar tersebut, dinilai masih kurang untuk membersihkan semua lahan monumen. Apalagi, hanya Margiyo sendiri yang bekerja sebagai tenaga outsourcing di monumen.

Margiyo juga menyebut bahwa sejak tiga tahun terakhir ini tidak ada peringatan yang digelar setiap 4 April.

Padahal sebelumnya, rutin digelar peringatan di Monumen Operasi Lintas Laut oleh pemerintah Kabupaten Jembrana dan keluarga Kapten Markadi, terutama saat istri pejuang kemerdekaan itu masih hidup.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow