Hampir Kalahkan Inggris, Tentara Indonesia Makin Pede dalam Perang
Peristiwa Pertempuran Konvoi merupakan bagian terpenting perjuangan bangsa yang mengandung makna strategis, baik secara nasional maupun internasional.
Merdeka.com - Pengadangan yang dilakukan pejuang Indonesia sepanjang Sukabumi-Cianjur menuai keuntungan psikologis bagi pihak republik.
Penulis: Hendi Jo
Letnan Kolonel (Purn) Eddie Soekardi menghela napas panjang saat berkisah mengenai pertemuannya dengan seorang panglima TNI. Dia tak habis pikir, mengapa ada seorang petinggi militer yang menganggap peristiwa Pertempuran Konvoi Sukabumi-Cianjur pada 1945-1946 sebagai kejadian biasa saja.
Sebagai bentuk penghormatannya kepada para prajurit dan rakyat yang gugur dalam peristiwa tersebut, Eddie awalnya berharap pemerintah Republik Indonesia bisa menjadikan 9 Desember (awal terjadinya Pertempuran Konvoi) sebagai Hari Perlawanan Nasional. Namun idenya itu terbentur karena peristiwa itu dianggap hanya berimbas di lokal Jawa Barat saja.
"Karena dianggap peristiwa itu tidak begitu penting secara nasional, maka pemerintah hanya mau menjadikan tanggal 9 Desember sebagai Hari Juang Siliwangi saja, ya sudah, daripada enggak sama sekali kan?" ujar sesepuh Divisi Siliwangi tersebut sambil tersenyum.
Benarkah Perang Konvoi Sukabumi-Cianjur merupakan peristiwa yang bernuansa lokal semata?
2 dari 3 halaman
Tentara Makin Pede
Dalam pidato tertulis untuk kata sambutan peluncuran buku Pertempuran Konvoi Sukabumi Cianjur 1945-1946 pada 5 Agustus 1997, sesepuh Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal (Purn) A.H. Nasution justru menyebut sebaliknya.
Dia menyatakan, peristiwa Pertempuran Konvoi merupakan bagian terpenting perjuangan bangsa yang mengandung makna strategis, baik secara nasional maupun internasional.
"Pertempuran itu tidak mungkin bisa dipisahkan dari mata rantai sejarah perjuangan bangsa…" ujarnya.
Pasca pertempuran empat hari di Sukabumi dan Cianjur (9-12 Desember 1945), moril para pejuang Indonesia mengalami peningkatan secara signifikan. Meskipun dari segi korban yang ditimbulkan di pihak lawan tidak begitu besar (24 serdadu Inggris tewas termasuk dua perwira menengah mereka). Namun implikasi dari kejadian itu memberi banyak manfaat pada kejadian-kejadian setelahnya.
Belajar dari kesalahan-kesalahan pengadangan di bulan Desember itu, TKR memperbaiki itu semua saat melakukan aksi pengadangan kembali di Sukabumi dan Cianjur pada 10-14 Maret 1946.
Menurut Eddie Soekardi, aksi hantam kromo yang selama aksi Desember 1945 diperlihatkan anak buahnya sudah mulai sangat berkurang pada aksi Maret 1946 tersebut.
"Anak-anak mulai disiplin mematuhi perintah hit and run sehingga sebagian besar target bisa tercapai secara maksimal," ujar lelaki kelahiran Sukabumi pada 1916 itu.
Aksi kedua dari para pejuang Sukabumi dan Cianjur itu berhasil memaksa Sekutu melibatkan kekuatan TKR dalam setiap misi pengiriman logistik APWI (Allied Prisoners of War Internees). Mereka rupanya tak mau ambil risiko harus menghadapi 'neraka' sepanjang rute Bogor-Sukabumi-Cianjur-Bandung.
"Pertempuran Konvoi menjadikan posisi tawar Indonesia secara umum dan TKR secara khusus naik di mata Sekutu, tentunya ini merupakan sebuah kemenangan politik," ujar sejarawan militer Mayor Jenderal (Purn) I.G.N. Arsana.
3 dari 3 halaman
Peristiwa Paling Bersejarah
Arsana juga meyakini bahwa setidaknya Pertempuran Konvoi memberi pengaruh yang tidak kecil bagi terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api pada 23-24 Maret 1946. Terpukulnya kesatuan-kesatuan pilihan Inggris di Sukabumi dan Cianjur pastinya menjadi pemompa bagi para pejuang Bandung untuk pantang menyerah kepada keinginan-keinginan pihak Sekutu dan Belanda.
"Ya Pertempuran Konvoi itu laksana percikan api yang menyulut terjadinya peristiwa paling bersejarah di Bandung tersebut," ujar Eddie Soekardi.
Implikasi Pertempuran Konvoi dan Insiden Bandung Lautan Api juga bisa dilihat dengan bersedianya kembali pihak Sekutu berunding dengan pemerintah RI pada 2 April 1946 di Yogyakarta.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, akhirnya secara total pihak Tentara Republik Indonesia (kemudian menjadi Tentara Nasional Indonesia) dilibatkan dalam setiap misi perdamaian Sekutu di Indonesia.
"Untuk mewadahi kerja sama itu, dibentuklah suatu badan pelaksana yang dinamai Panitia Oeroesan Pengangkutan Djepang dan APWI (POPDA),” tulis R.H.A. Saleh dalam Mari Bung Rebut Kembali!
[noe]What's Your Reaction?