Hari Ini, 50 Tahun Peristiwa Malari Yang Membakar Jakarta
Peristiwa Malari selalu dikenang sebagai peristiwa kelam di Jakarta. Puluhan bangunan terbakar, belasan korban tewas dan puluha lainnya terl
SINAR HARAPAN—Hari ini, 15 Januari 2024, persis 50 tahun sudah peristiwa yang membakar Ibukota Jakarta, yang kemudian dikenal dengan Peristiwa Malari.
Peristiwa tersebut diawali oleh demosntrasi mahasiswa menyambut kedatangan PM Jepang Kakuei Tanaka di Jakarta, yang berujung pada pembakaran sejumlah bangunan dan bentrokan di bebebrapa tempat.
Tercatat 11 orang meninggal dunia dan 137 orang terluka. Petugas keamanan menangka[ lebih 700 orang.
Sehari sebelumnya, mahasiswa menyambut kedatangan Tanaka dengan berdemosntrasi di Halim Perdnakusuma. Namun penjagaan terkalu ketat sehingga para demosntran tidak bisa masuk.
Esok harinya, 15 Januari 1974 pada mahasiswa kembali turun ke jalan. Mereka menolak penamaan modal asing (PMA) yang dinilai hanya menguntungkan kelompok tertentu. Mereka juga menuntut pemberantasan korupsi dan penurunan harga.
Para demonstran juga menuntut pembubaran jabatan Asisten Penasehat Pribadi (Aspri) Presiden Soeharto.
Kericuhan tidak bisa dihindari karena diduga demonstrasi disusupi oleh provokator. Pada petang hingga malam hari mulai terjadi kerusuhan, pembakaran, penjarahan dan bentrokan. Proyek pertokoan Senen terbakar, juga di sejumlah tempat lainnhya.
Jakarta benar-benar terbakar. Akibat peristiwa tersebut, tak lama kemudian Presiden Soeharto memberhentikan Panglima Kopkamtib Jenderal Sumitro. Selain itu, jabatan Asisten Pribadi Presiden dibubarkan. Kepala BIN, Sutopo Juwono digantikan oleh Yoga Sugama.
Dikutip dari Wikipedia, Aspri Presiden Ali Moertopo menuduh eks PSI dan eks Masyumi atau ekstrem mendalangi peristiwa tersebut.
Pernhyataan Ali Moertopo tersebut tidak terbukti. Ketika sejumlah tokoh Malari seperti Sjahrir dan Hariman Siregar diadili, tidak bisa dibuktikan bahwa ada sedikit pun fakta terkait tuduhan tersebut. Tidak seorang pun tokoh eks Masyumi yang terlibat saat itu.
Belakangan, Jenderal Soemitro belik menuding ada kemungkinan justru Ali Moertopo sendiri berada di balik peristiwa tersebut.
What's Your Reaction?