Hari Waisak: Perayaan 3 Peristiwa Penting Umat Buddha
Berikut penjelasan terkait tiga fase penting yang menjadi inti perayaan Waisak setiap tahunnya

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1240703/original/084851800_1463833151-prosesi_kirab_waisak.jpeg)
Liputan6.com, Yogyakarta - Tahun ini, umat Buddha akan merayakan Waisak pada 12 Mei 2025. Waisak bukan sekadar perayaan keagamaan, melainkan peringatan tiga peristiwa penting terkait kelahiran, pencerahan, dan kematian.
Ketiga peristiwa tersebut adalah kelahiran Pangeran Siddhartha, pencapaian pencerahan sebagai Buddha, dan wafatnya Sang Buddha Gautama menuju Parinirvana. Mengutip dari berbagai sumber, berikut penjelasan terkait tiga fase penting yang menjadi inti perayaan Waisak setiap tahunnya:
1. Kelahiran Pangeran Siddhartha
Perayaan Hari Waisak dimaknai sebagai peringatan atas kelahiran Siddhartha Gautama atau Pangeran Siddhartha. Pangeran Siddhartha lahir di Taman Lumbini (sekarang Nepal) pada 623 SM. Peristiwa kelahiran Pangeran Siddhartha dibarengi dengan berbagai kejadian luar biasa.
Ia lahir dalam keadaan bersih dan langsung dapat berdiri tegak dan berjalan. Tempat yang ia pijak pun ditumbuhi teratai.
Kelahiran Pangeran Siddhartha kemudian menjadi simbol bahwa kelak ia akan menjadi Buddha dengan kebahagiaan tertinggi. Ia akan mengakhiri penderitaan makhluk hidup dan menggantinya dengan pencerahan dunia.
2. Pencerahan Agung sebagai Buddha
Saat berusia 35 tahun, Siddhartha Gautama berhasil mencapai pencerahan sempurna dan menjadi Buddha yang sempurna (Sammasambuddha) bertepatan pada bulan purnama Waisak. Pencapaian tersebut didapatkan Buddha di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, sebuah distrik di negara bagian Bihar, India.
Pencerahan Pangeran Siddhartha sebagai Buddha terlihat pada pancaran tubuhnya yang menyorotkan enam sinar Buddha, yakni biru, kuning, merah, putih, jingga, serta konglomerasi dari kelima warna tersebut.
Masing-masing warna juga memiliki makna tersendiri. Sinar biru melambangkan bakti, kuning menunjukkan kebijaksanaan dan pengetahuan, merah melambangkan kasih sayang dan belas kasih, putih melambangkan kesucian, dan jingga melukiskan ketekunan.
Lima warna ini kemudian digunakan sebagai lambang keagamaan dalam bentuk bendera Buddhis yang digunakan saat Waisak. Gabungan kelima warna tersebut dikenal dengan istilah Prabhasvara yang berarti bersinar sangat terang atau cemerlang.
What's Your Reaction?






