Jelang Kampanye Terbuka, Ganjar Ingatkan Peristiwa Boyolali Jadi yang Terakhir!
Surabaya – Calon Presiden atau Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo mengingatkan para relawan dan simpatisan untuk tidak takut diintimidasi atau ditekan dalam bentuk apapun. Sebaliknya, dia mengingatkan agar peristiwa penganiayaan relawan oleh oknum TNI di Boyolali cukup jadi yang terakhir. Pada pertemuan Tim Pemenangan Daerah (TPD) di Gedung Internatio, Surabaya, pada Sabtu (13/1/2024), Ganjar
Surabaya – Calon Presiden atau Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo mengingatkan para relawan dan simpatisan untuk tidak takut diintimidasi atau ditekan dalam bentuk apapun.
Sebaliknya, dia mengingatkan agar peristiwa penganiayaan relawan oleh oknum TNI di Boyolali cukup jadi yang terakhir.
Pada pertemuan Tim Pemenangan Daerah (TPD) di Gedung Internatio, Surabaya, pada Sabtu (13/1/2024), Ganjar kembali menyinggung benturan antara oknum TNI dan relawan.
“Itu jadi yang terakhir, kami mengapresiasi juga TNI yang merespon cepat. Dan kepada para pendukung, untuk tertib dan mematuhi aturan termasuk tidak menggunakan knalpot brong,” katanya.
Peristiwa Boyolali itu merujuk kejadian penganiayaan oknum TNI Yonif 498/Subrastha terhadap beberapa relawan Ganjar-Mahfud pada Sabtu (30/12/2023).
Para relawan yang menggunakan sepeda motor dinilai terlalu bising saat melintas di depan markas.
Di sisi lain, dia meminta para relawan maupun pendukung agar mematuhi segala ketentuan. Terlebih lagi, ungkap mantan Gubernur Jawa Tengah itu, jadwal kampanye terbuka akan segera dimulai pada 21 Januari hingga 10 Februari mendatang.
“Jadi kalau sudah tertib dan ikut aturan masih saja diganggu, tabrak saja!” sergah Ganjar.
Ganjar mengaku sejauh ini memang banyak tim kampanye dan relawan yang melapor diintimidasi oleh oknum tertentu. “Kita tidak takut, kita lawan. Sudah ada tim yang dibentuk, kita laporkan, kita lawan secara konstitusional,” cetusnya.
Di sisi lain, kondisi inipun mengingatkan Ganjar terkait perjalanan pasang surut demokrasi, terutama riwayat panjang PDI Perjuangan. “Pada 27 Juli 1996, PDI dihantam, tetapi Bu Mega bilang kita siap lawan secara konstitusional. Pada 1997, kita tidak ikut Pemilu, dan pada 1999 akhirnya menang Pemilu,” kenangnya.
Oleh karena itu, pasangan Mahfud Md inipun menyatakan situasi tertekan karena banyak upaya untuk menjegal demokrasi, layaknya sudah jadi bagian sejarah panjang PDI Perjuangan.
“Bagi PDI P sudah terbiasa, dan untuk partai koalisi lainnya kini akan tercatat pula oleh sejarah dalam naik turun demokrasi ini. Sebagaimana diungkap Bung Karno, ‘Jasmerah’, jangan sekali-kali lupakan sejarah,” ungkapnya.
Berkaca dari dinamika itu, Ganjar pun optimistis kali ini kekuatan demokrasi tetap menang, karena PDI Perjuangan bersama koalisi PPP, Perindo, dan Hanura satu barisan bersama rakyat.
“Kekuatan kita selalu “gremetnya, gelindingnya” kawan-kawan bersatu dengan rakyat, rasanya tidak dimiliki oleh yang lain,” kata Ganjar.
Kekuatan akar rumput itulah, lanjutnya, sebagai pembeda koalisi Capres-Cawapres Ganjar-Mahfud. “Rangkul rakyat sebanyak-banyaknya, temui mereka, sampaikan seluruh program, jawab pertanyaan mereka, dan ajari mereka nyoblos,” pinta Ganjar.
Dengan pola gerak seperti demikian, dia optimistis bisa mematahkan berbagai catatan survei elektabilitas. Ganjar meminta para relawan tidak khawatir, sebab hasil survei hanya jadi acuan.
Sementara, katanya, Koalisi Ganjar-Mahfud pun mempunyai catatan tersendiri yang berasal dari peralatan yang lebih canggih. “Tapi tentu saja, kita harus bergerak cepat,” tutupnya
What's Your Reaction?