KEMULIAAN MUHARAM DAN PERISTIWA SEJARAH
KEMULIAAN MUHARAM DAN PERISTIWA SEJARAH Oleh: Dr. Asep Ajidin, S.Pd.I., S.H., M.H. (Dosen STIH Putri Maharaja Payakumbuh dan ITBHAS Bukittinggi) Selengkapnya
KEMULIAAN MUHARAM DAN PERISTIWA SEJARAH
Oleh: Dr. Asep Ajidin, S.Pd.I., S.H., M.H.
(Dosen STIH Putri Maharaja Payakumbuh dan ITBHAS Bukittinggi)
MUHARRAM memiliki banyak keutamaan di dalamnya. Banyak peristiwa besar pernah terjadi pada bulan ini. Pada bulan Muharram, nabi Adam bertaubat kepada Allah SWT setelah diturunkan ke bumi bersama Hawa.
Di bulan ini juga Nabi Nuh bersama orang beriman yang berada di bahteranya selamat dari banjir dahsyat dan berlabuh di bukit Zuhdi.
Peristiwa Nabi Ibrahim yang selamat dari siksaan Raja Namrud pun terjadi pada Muharram. Dengan kekuasaan Allah, api yang dinyalakan Namrud tidak dapat membakar tubuh nabi Ibrahim.
Selain itu ada juga peristiwa nabi Yunus yang selamat setelah berada di dalam perut ikan paus raksasa. Pada Muharram nabi Ayub juga mendapatkan kesembuhan dari setiap penyakit yang dideritanya.
Peristiwa nabi Musa dan bani Israil yang lolos dari kejaran Firaun juga terjadi pada Muharam. Kala itu Firaun dan pasukannya binasa di Laut Merah. Dan pada Muharam, nabi Muhammad SAW juga berhasil melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah.
Ketika masa kerasulan nabi Muhammad SAW, ada sejumlah peristiwa penting yang juga terjadi pada Muharam. Diantaranya adalah adanya tekad untuk hijrah ke Madinah pada 1 Hijriah, terjadinya perang Khaibar pada 7 Muharram yang dimenangkan kaum Muslim, selain itu pada bulan ini cucu Rasulullah yakni Husain wafat dibunuh di Karbala.
Karena itu dianjurkan untuk mengerjakan berbagai amalan yang disunahkan Rasulullah untuk mengisi Muharam. Yaitu dengan memperbanyak berzikir dan berpuasa.
Terlebih pada tanggal 10 Muharam atau disebut puasa Asyura. Maka disunahkan untuk melaksanakan puasa sunah. Namun demikian, dalam beberapa riwayat dijelaskan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan untuk berpuasa pada tanggal 10 Muharam dengan mengawali puasa sunah dari tanggal 9 Muharam. Hal ini dilakukan untuk membedakan dengan orang-orang Yahudi.
قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ الهِع صَلَّى الهُت عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan berpuasa. Para shahabat berkata:”Ya Rasulullah, sesungguhnya hari itu diagungkan oleh Yahudi.” Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Di tahun depan insya Allah kita akan berpuasa pada tanggal sembilan.”, tetapi sebelum datang tahun depan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat
صُومُوهُ وَصُومُوا قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا وَ لاَ تُشَبِّهُوَا بِالْيَهُوْدِ
“Puasalah pada hari Asyura dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya dan janganlah kalian menyerupai orang Yahudi.”
Mazhab Imam Syafi’i memahami, nabi akan puasa tanggal sepuluh dan tanggal sembilan agar tidak sama dengan Yahudi karena Yahudi puasa tanggal sepuluh Muharam. (*)
What's Your Reaction?