Kenangan Tentang Sukarni Aktivis Muda di Balik Peristiwa Rengasdengklok

Berikut sosok Sukarni Kartodiwirjo, salah satu aktivis pemuda di balik Peristiwa Rengasdengklok, dari penuturan putrinya.

Kenangan Tentang Sukarni Aktivis Muda di Balik Peristiwa Rengasdengklok
image

Daftar Isi

Jogja -

Sukarni Kartodiwirjo merupakan salah satu aktivis pemuda di balik Peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945 silam. Sosok Sukarni ternyata dikenang anaknya sebagai pribadi yang bandel.

Hal ini disampaikan salah satu anak Sukarni, Parialuti Indarwati (77). Wati sapaannya, mengenang ayahnya gemar berguru pada tokoh bangsa seperti Ir Sukarno hingga HOS Tjokroaminoto.

"He's a very nice father. Cuma ayah saya itu bandel. Umur 15 tahun sekolah Belanda, tukaran wae (ribut terus), dan dia senengannya ngeluyur ke sana ke mari, ke Bung Karno, ke Tjokroaminoto," kata Wati saat berbincang dengan detikJogja via telepon, Senin (16/10/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memang zaman segitu anak muda itu diberi arahan untuk suatu kemerdekaan, suatu kesatuan dan kejiwaan patriot at that time. Dia juga jadi muridnya Bung Karno dan Tjokroaminoto," sambung Wati.

Wati mengenang di masa mudanya, Sukarni pernah ditangkap Belanda hingga dipenjara.

"Terus dia (Sukarni) biasa mulai nakal, ditangkep Belanda, ditaruh di Sukamiskin," terang Wati.

Rumah di Kotabaru Jadi Tempat Kumpul dan Diskusi

Sukarni ternyata punya rumah di Jalan Sunaryo Nomor 12, Kotabaru, Jogja. Wati menyebut pada tahun 1940-an, ayahnya membeli rumah itu dari badan pemerintah milik Belanda dan diatasnamakan ibunya.

Pada masa kemerdekaan, rumah itu ternyata sering dipakai tokoh nasional seperti Sutan Syahrir hingga Tan Malaka. Tan Malaka pun konon sering menggunakan rumah itu untuk berdiskusi dan berceramah.

"Tidak melihat apakah itu partai apa, keyakinan apa, politik apa, we are all together. It's a place where people can meet people gitu lho. Kayak Tan Malaka dia ngasih ceramah di situ mengenai politiknya, kemudian ada Yamin dateng. Kemudian ada Ali Sastroamidjojo, terus Singodimedjo," tuturnya.

Dia pun mengenang rumah Sukarni di Kotabaru itu dulu punya lubang besar. Lubang itu digunakan sebagai tempat perlindungan ketika ada pengeboman Belanda.

"Kalau Bapak saya kan di penjara terus menerus, keluar masuk. (Di rumah) Kita punya yang namanya perlindungan. Itu di kiri kanan kan ada keramik, dulunya ada lubang gede menjorok ke samping. Itu kalo lagi dibom kita ngumpet di situ. Apalagi waktu penggantian Ibu Kota menjadi di Jogja. Syahrir, Adam Malik, Tan Malaka, Agus Salim, kabeh, semua orang," tutur wanita 77 tahun itu.

Kini rumah Sukarni di Kotabaru itu pun sedang dalam proses pengajuan menjadi cagar budaya. Wati berharap rumah itu bisa menjadi pengingat atas kiprah ayahnya sebagai pahlawan nasional.

"Harapan saya rumah itu jadi rumah yang bisa dinikmati semua orang dan mengingat kepada Bapak Sukarni sebagai pahlawan nasional. Dia itu pahlawan nasional, jadi dimakamkan di Kalibata dan dapet gelar pahlawan nasional," ucapnya.

"Tolong lestarikan dengan adanya perpustakaan, orang pada melihat, 'oh ini toh rumah Belanda'. Supaya bisa cerita ke anak cucu saya dan orang lain," imbuhnya.

Artikel ini ditulis oleh Mahendra Lavidavayastama dan Jihan Nisrina Khairani. Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.

Simak Video "Wayang Jogja Night Carnival 2023, Wujud Perayaan HUT Ke-267 Kota Jogja"
[Gambas:Video 20detik]
(ams/ams)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow