Kisah Kupat dan Lepet di Makam Sesepuh Sayyid Abdurrohman di Gresik

Menurut kisah yang ada, kupat dan lepet diambil dari cerita insiden kebakaran hebat yang melanda sebagian besar wilayah di Desa Betoyo Komplek sekitar tahun 1893 atau 130 tahun silam.

Kisah Kupat dan Lepet di Makam Sesepuh Sayyid Abdurrohman di Gresik

Merdeka.com - Jika biasanya ketupat atau kupat dan lepet menjadi makanan khas yang hanya dihidangkan pada momentum lebaran hari raya Idul Fitri saja, lain halnya dengan warga Desa Betoyokauman, Kecamatan Manyar, Gresik,. Mereka membuat kupat dan lepet justru untuk dibawa ke makam desa.

Tradisi membawa kupat dan lepet ke makam desa ini dalam rangka memperingati haul Sayyid Abdurrohman. Tradisi itu pun sudah berjalan sejak turun temurun dan tetap dilestarikan hingga kini. Konon, kupat dan lepet memiliki filosofi yang erat dengan kisah makam sesepuh desa tersebut.

taboola mid article

Menurut kisah yang ada, kupat dan lepet diambil dari cerita insiden kebakaran hebat yang melanda sebagian besar wilayah di Desa Betoyo Komplek sekitar tahun 1893 atau 130 tahun silam. Saat itu, api yang berkobar-kobar dengan hebat, baru bisa dipadamkan oleh warga Desa Betoyo dengan menggunakan janur kuning (daun muda pohon kelapa).

Mengapa janur kuning? Karena janur-janur yang ada pada saat itu, telah diberi berkah doa dari Mbah Sayyid Abdurrahman, Mbah Syarif, Mbah Samsuddin dan Mbah Samsuri, Mbah Sholeh (juru kunci), Mbah Buyut Pasar dan Mbah Buyut Putri (Banyu Puri), sehingga dapat memadamkan api dengan cepat. Sejak itu lah, mereka pun dipercaya masyarakat Desa Betoyo sebagai leluhur penjaga desa merek, dan menjadikan janur kuning pembungkus kupat dan lepet sebagai simbol rasa syukur.

“Menurut cerita dulu peristiwa kebakaran itu terjadi sekitar tahun 1893 atau 130 tahun silam,” kata Sekretaris Desa (Sekdes) Betoyokauman, Luthfi Rohman, Jumat (09/06).

Kepala Desa (Kades) Kauman, Moh. Ali Mansur mengatakan, haul ini sudah menjadi tradisi turun temurun setiap tanggal 9 Juni kalender Masehi atau tanggal 20 Selo di kalender Jawa atau 20 Dzulqo’dah di kalender Hijriyah, masyarakat Desa Betoyo Komplek (Betoyokauman dan Betoyo Guci), Kecamatan Manyar, Gresik.

“Sejak saya belum lahir tradisi ini sudah ada. Nah kebakaran itu menghanguskan sebagian besar wilayah Desa Betoyo Kauman, kecuali di Dusun Sawo itu tidak tersentuh api sama sekali,” kata Ali Mansur.

2 dari 2 halaman

Selain itu, lanjut Mansur, tradisi ini tetap dijaga dan dilestarikan oleh warga dengan maksud untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa para leluhur dan kirim do’a untuk para sesepuh desa.

“Karena bagaimanapun para sesepuh yang telah mendahului kita memiliki jasa besar, apalagi para sesepuh yang alim, dan itu patut dicontoh oleh generasi sekarang khususnya kalangan muda,” tandas dia.

Sementara itu, Camat Manyar Zainul Arifin berharap tradisi memperingati haul Mbah Sayyid Abdurrahman dan jasa-jasa para leluhur perlu dijaga serta dilestarikan untuk generasi muda yang akan datang.

“Tradisi baik seperti peringatan haul Mbah Sayyid Abdurrahman dan jasa-jasa para leluhur perlu dan wajib dijaga serta diturunkan kepada generasi muda yang akan datang. Mbah Sayyid Abdurrahman ini kan tokoh masyarakat desa, jadi perlu dicontoh kepemimpinannya,” jelasnya.

[eko]

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow