Lima Makna Penting di Balik Peristiwa Isra’Mi’raj

Isra’ Mi’raj merupakan salah satu peristiwa besar dalam sejarah Islam yang memiliki banyak pelajaran berharga bagi umat manusia

Lima Makna Penting di Balik Peristiwa Isra’Mi’raj

Isra’ Mi’raj merupakan salah satu peristiwa besar dalam sejarah Islam yang memiliki banyak pelajaran berharga bagi umat manusia

DEPOKPOS – Di hadapan sekitar 170 peserta, Guru di Ma’had Syaraful Haramain, Ustadzah Endah Widyastuti menegaskan bahwa Isra’ Mi’raj merupakan salah satu peristiwa besar dalam sejarah Islam yang memiliki banyak pelajaran berharga bagi umat manusia. Oleh karena itu, setidaknya ada lima makna penting di balik peristiwa tersebut.

Hal tersebut diungkapnya dalam Kajian Muslimah (Kamus) Shalihah, Melangkah Menuju Generasi Emas dengan Cahaya Isra’ Mi’raj, Ahad (9/2/2025) di Depok.

Kelima makna penting tersebut, yakni: Pertama, peristiwa Isra’ Mi’raj bukan hanya sekadar shalat lima waktu saja, tapi bisa diisyaratkan sebagai kabar gembira dari Allah, yakni Islam akan memimpin dunia atas segala agama, bangsa, dan umat lain. “Dan isyarat inilah yang jarang dibahas saat memperingati Isra’ Mi’raj dari tahun ke tahun,” jelasnya.

Dalam peristiwa tersebut, tambahnya, Rasul menjadi imam shalat para nabi di Masjid al-Aqsha termasuk Nabi Musa dan Nabi Isa as. Maknanya, dalam peristiwa Rasul menjadi imam shalat jamaah tersebut telah terjadi pencabutan kepemimpinan Bani Israil yang memimpin dunia kala itu, selanjutnya diberikan kepada umat Muhammad SAW (Menurut kitab Qirā`ah Siyāsiyyah li as-Sīrah an-Nabawiyyah).

Kedua, peristiwa Isra’Mi’raj menghibur dan menguatkan Rasul setelah mendapat ujian sangat berat. “Ujian tersebut yakni ditinggal Khadijah, penopang dakwah Rasul, ditinggal Abu Thalib (Pamannya) pelindung Rasul dari kejahatan kafir Quraisy. Dan berbagai kabilah menolak dakwah beliau, khususnya saat di Thaif (Bani Tsaqif). Beliau ditolak bahkan dilempari dengan batu. Maka Allah pun menghibur beliau,” bebernya.

Ketiga, setelah Isra’ Mi’raj terjadi penyaringan mana yang iman kepada Allah dan mana yang kufur. “Banyak sekali di antara orang-orang yang lemah imannya kemudian murtad, tapi mereka yang masih Muslim dan beriman sangat yakin dan percaya dan sangat membenarkan berita tersebut. Di antaranya adalah Abu Bakar ash Shiddiq ra.,” ujarnya.

Keempat, terjadi baiat aqabah pertama untuk keimanan, dan baiat aqabah kedua untuk nushrah. “Baiat aqabah pertama yakni baiat yang dilakukan 12 orang di antara kaum Ansar ketika musim haji yang isinya mengakui ajaran yang dibawa oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, dan mereka (12 orang) juga dibaiat masuk Islam. Baiat aqabah kedua yakni baiat yang dilakukan sekitar 75 penduduk Yatsrib/Madinah, dua di antaranya wanita, untuk membaiat Rasul sebagai pemimpin atau kepala negara dalam negara Islam,” ungkapnya.

Kelima, Rasulullah SAW hijrah ke Madinah dan mendirikan Negara Islam. “Dalam Negara Islam Rasulullah SAW sebagai kepala negara. Kemudian diteruskan oleh khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali), Khilafah Umayah, Khilafah Abbasiyah, Khilafah Utsmaniyah dan berakhir pada 1924 M,” pungkasnya. [Siti Aisyah]

Ingin produk, bisnis atau agenda Anda diliput dan tayang di DepokPos? Silahkan kontak melalui email [email protected]
Penulis: Siti Aisyah
Editor: San

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow