Melihat dari Dekat Rumah Saksi Peristiwa Rengasdengklok, PDIP DIY: Pemimpin Lahir Tidak Instan
Peristiwa Rengasdengklok merupakan aksi desakan terhadap Soekarno dan Mohammad Hatta yang dilakukan sekelompok pemuda antara lain Sukarni, Wikana, dan Chaerul Saleh untuk segera memproklamasikan...
Yogyakarta – Saat lawatan di Kabupaten Karawang Jawa Barat, Komisi A DPRD DIY menyimak seksama sejarah yang dikisahkan tentang rumah saksi bisu peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok merupakan aksi desakan terhadap Soekarno dan Mohammad Hatta yang dilakukan sekelompok pemuda antara lain Sukarni, Wikana, dan Chaerul Saleh untuk segera memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sebagaimana terungkap saat wakil rakyat DIY menyambangi Rumah Sejarah Djiauw Kie Siong yang terletak di Dusun Kalijaya I, Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang.
Yang menarik, rumah sebagai saksi bisu Peristiwa Rengasdengklok itu, mulai dari lantai hingga bilik kamar, semua masih asli dan berusia lebih dari 100 tahun
Memasuki rumah itu, terdapat dua kamar yang masih tertata rapi. Dua kamar itu, satu kamar digunakan oleh Soekarno dan Fatmawati beserta anak bayinya, satu kamar lagi digunakan oleh Mohammad Hatta
Generasi ketiga dari keluarga Djiauw Kie Siong, Janto Joewari mengatakan meski bukan rumah sebenarnya tempat Soekarno dan Hatta beristirahat saat dibawa para pemuda, namun kondisi rumah dibuat persis seperti pada masa dahulu.
“Sebenarnya, rumah yang terlihat hanya biasa-biasa saja itu milik Djiauw yang pada saat itu terkena erosi Sungai Citarum dan akhirnya dipindahkan ke lokasi yang saat ini,” katanya ditemui belum lama ini.
Di rumah inilah, naskah teks proklamasi disiapkan dan bersama bendera Merah Putih juga siap dikibarkan para pejuang Rengasdengklok pada Rabu tanggal 15 Agustus.
Hanya saja, 16 Agustus tiba-tiba datanglah Ahmad Subardjo dan kawan-kawan yang meminta Bung Karno berangkat ke Jakarta untuk membacakan Proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.
“Ternyata, sebelum bertolak ke Jakarta, Soekarno dan Hatta sempat melakukan penghormatan pertama kali bendera Merah Putih yang pada saat itu dikibarkan di pos tentara PETA, yang tidak jauh dari rumah ini,” tuturnya.
Setelah mengetahui cerita peristiwa Rengasdengklok, Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto menegaskan bahwa peristiwa tersebut sangat penting bagi sejarah Bangsa Indonesia.
Karena dari sinilah dapat belajar tentang bagaimana dedikasi, pengorbanan serta semangat juang pendiri bangsa.
Dikatakan, mereka rela hati tanpa mempertimbangkan keselamatan diri berjuang untuk bangsa. Bagaimana kehendak merdeka memperkuat kehendak didukung anak-anak muda, menunjukkan bagaimana kepahlawanan lahir dari niat dan kehendak memerdekakan Indonesia, tanpa mempertimbangkan keselamatan diri dan keluarga.
“Bagaimana menjaga Indonesia, itu juga sangat penting,” ucap politisi PDI Perjuagan ini mengingatkan.
Kepada generasi muda, Eko Suwanto meminta kedepan untuk menjadi pemimpin tidak bisa secara instan dan harus dengan hati bersih.
Pihaknya mengingatkan bahwa pemimpin lahir tidak instan, tidak tiba-tiba.
“Penting bagi generasi muda untuk memahami hal ini, perjuangan dilakukan dengan hati bersih, meraih kepercayaan masyarakat. Tak boleh dengan cara instan,” tegas Eko Suwanto.
Selain menyambangi rumah saksi bisu Rengasdengklok tersebut, rombongan DPRD DIY mengunjungi Monumen Kebulatan Tekad dulunya merupakan pos tentara PETA. ***
What's Your Reaction?