Menjaga Akal dan Bumi di Peristiwa Sastra FKY 2023
Peristiwa Sastra Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2023 x Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) DIY resmi dibuka di amfiteater DPAD DIY.
BANTUL—Peristiwa Sastra Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2023 x Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) DIY resmi dibuka di amfiteater Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY, Minggu (8/10/2023).
Pembukaan acara yang bertemakan Merawat Bumi dan Akal melalui Literasi ini diisi oleh pertunjukan spesial dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, sambutan-sambutan, dan peluncuran buku.
Advertisement
Mengawali acara, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menyajikan pertunjukan Beksan Jayengkusuma. Lakon ini menyadur kisah pertempuran empat tokoh cerita panji, yaitu Jaya Wiruta dan Jayengrana dari Kediri melawan Jaya Surangga dan Pancakusuma dari Parangkencana.
Adegan tersebut tercantum dalam naskah Wayang Gedhog manuskrip Serat Kandha Kalangenan Dalem Beksan Lawung Ringgit yang ditulis pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792).
Pertunjukan berlangsung khidmat dan megah berkat delapan penari dan ansambel gamelan yang mempresentasikan performa yang maksimal.
Acara kemudian berlanjut ke sambutan-sambutan.
Ketua III FKY 2023, Istifadhah Nur Rahma mengawali sambutan dengan mengungkapkan tema Merawat Bumi dan Akal melalui Literasi”. “Tema ini dipilih karena kami menyadari bahwa akal dan bumi adalah dua hal yang saling terkait. Akal manusia berperan penting dalam menjaga bumi, dan bumi merupakan sumber kehidupan bagi manusia," kata dia melalui rilis, Selasa (10/10/2023).
Keterkaitan antara kedua entitas ini, bagi Istifadhah, dapat dimulai dengan literasi. Melalui literasi, manusia dapat meningkatkan akal budi.
BACA JUGA: FKY 2023 Akan Dibuka di Waduk Sermo, Ketahanan Pangan Jadi Tema Utama
Dengan akal yang cerdas, manusia dapat berpikir kritis dan rasional. Dengan berpikir kritis dan rasional, manusia dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menjaga bumi.
Ketua IKAPI DIY, Wawan Arif menjabarkan keprihatinannya terhadap dunia literasi di DIY, khususnya tentang penyelenggaraan Jogja Book Fair yang sempat redup selama satu dekade sejak 2013.
Dia juga mengungkapkan tentang kegelisahannya yang lain terhadap buku, bahwa buku tidak ada bedanya dengan karya-karya seniman, terutama jika dilihat dari berbudaya dan tidaknya. “Barangkali dua kegelisahan itu akhirnya bergulir sampai satu kesempatan datang dari teman-teman FKY. Kalau dianalogikan, kami ini 'penumpang yang mencegat di tengah jalan'. Kami sangat bersyukur [kepada FKY 2023] atas tumpangan ini. Mudah-mudahan kami diberi kesempatan bahwa nanti tidak lagi seperti 'penumpang yang mencegat di tengah jalan', tetapi barangkali kami diajak sejak dari terminal keberangkatan,” ujar dia.
Kepala DPAD DIY, Monika Nur Lastiyani mengungkapkan indeks literasi atau minat masyarakat untuk membaca di DIY cukup tinggi. Selain itu, indeks peningkatan literasi masyarakat DIY mencapai tertinggi nasional. “Dengan demikian, sebenarnya, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak memanfaatkan bahan bacaan. Bacaan kini berada dalam genggaman kita. Tidak ada alasan lagi untuk kita tidak membaca.”
Tidak hanya itu, Monika juga mengungkapkan bahwa masyarakat DIY tidak hanya sekadar membaca, tetapi sudah mulai menulis. Dengan begitu, beliau juga mengharapkan apa yang telah disediakan oleh DPAD DIY dapat digunakan sebaik mungkin, khususnya untuk menggerakkan budaya yang tidak hanya membaca saja, tetapi juga menulis.
Sementara Manajer Divisi Sastra FKY 2023, Latief S. Nugraha melaporkan program-program sastra FKY baik yang telah berlangsung atau sedang berlangsung, seperti Sowan: Menyurat yang Silam, Asana Rasa, Angkringan Jokpin, Wicara Sastra, dan sebuah buku yang diluncurkan pada saat pembukaan, yaitu LOKA: Antologi Puisi, Cerita Pendek, dan Sandiwara.
Joko Pinurbo, selaku kurator LOKA, naik ke atas panggung untuk turut memaparkan proses penyusunan dan harapan-harapannya terhadap tradisi peluncuran buku oleh FKY. “LOKA ini arti aslinya tempat. Dalam konteks pangan bisa berarti ladang. Tapi LOKA juga bisa mengandung asosiasi lokal. Bagaimana kita mengeksplorasi kembali, merawat, dan mengenang kembali nilai-nilai kearifan lokal, khususnya yang berkaitan dengan dunia pangan.”
Selanjutnya, Joko Pinurbo menyampaikan tiga hal terkait penerbitan buku LOKA. Pertama, penerbitan antologi karya sastra ini dimaksudkan untuk melanjutkan tradisi penerbitan buku karya sastra yang mengiringi perhelatan FKY sejak 1989. Kedua, penerbitan buku ini menunjukkan kemenarikan melihat para sastrawan merespons tema yang sangat spesifik, yaitu pangan, salah satu bagian terpenting peradaban manusia.
Ketiga, LOKA juga sengaja mengundang penulis-penulis muda di DIY dari berbagai latar belakang dan daerah untuk melihat perkembangan dunia sastra.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Dian Lakshmi Pratiwi, SS. M.A. menyampaikan tema Menjaga Akal dan Bumi melalui Literasi adalah satu tema yang sangat dibutuhkan untuk era dinamika saat ini. “Kami berharap bahwa Peristiwa Sastra FKY 2023 ini tidak sekadar berakhir sebagai program, tetapi juga menjadi satu komitmen bersama untuk melakukan upaya pencatatan kebudayaan.”
Sebagai penutup sambutan, Dian Lakshmi Pratiwi, SS. M.A. membacakan sebuah puisi dari buku LOKA karya Yopi Setia Umbara yang berjudul Tarawangsa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
What's Your Reaction?