Pemuda Ini Juga Terlibat dalam Insiden Hotel Yamato, Pelaku Peristiwa Heroik Perobekan Bendera Belanda Bukan Hanya Kusno dan Haryono, Begini Kisahnya
Para pemuda yang tergerak jiwanya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, salah satunya pemuda ini tercatat dalam insiden Hotel Yamato.
POJOKSATU.id - Peristiwa heroik pada 19 September 1945 di Hotel Yamato, kini dikenal sebagai Hotel Majapahit di Jalan Tunjungan, Surabaya, mencatat kisah perlawanan pemuda Indonesia terhadap pengibaran bendera Belanda.
Peristiwa ini dimulai ketika Charles Ploegman, seorang pejabat Belanda, mengibarkan bendera merah-putih-biru di atap Hotel Yamato sebagai perayaan ulang tahun Ratu Wilhelmina.
Pengibaran ini memicu kemarahan masyarakat Surabaya yang baru saja menyatakan kemerdekaan Indonesia, sehingga para pemuda memutuskan untuk menaiki hotel tersebut dan merobek bagian biru dari bendera tersebut, sehingga hanya tersisa merah-putih.
Di tengah keramaian, seorang pemuda bernama Moch Achijat yang saat itu berusia 17 tahun turut mengambil peran dalam aksi tersebut.
Baca Juga: Menguak Sejarah Hotel Yamato, Saksi Bisu Keberanian Arek Suroboyo Merobek Bendera Belanda, Belum Berubah Hingga Kini
Menurut Nurmansyah Achijat, anak ketujuh Achijat, ayahnya sedang bersepeda pulang dari pasar di Derenten (sekarang Kebun Binatang Surabaya) menuju rumahnya di Simokerto ketika melihat kerumunan di depan Hotel Yamato.
Merasa terpanggil, Achijat segera menitipkan sepedanya di rumah pamannya, Kariman, dan berlari menuju hotel.
"Sesampainya di Hotel Yamato, Achijat langsung bergabung dengan para pemuda yang sudah berkumpul di depan hotel dengan niat untuk memanjat dan menurunkan bendera Belanda," ungkap Nurmansyah.
Bersama para pemuda lainnya, Achijat bahu-membahu menaiki bangunan. Namun, ketika mencapai lantai satu, Achijat terkena pecahan kaca yang membuat celananya robek, sehingga ia tak bisa melanjutkan perjalanan ke puncak menara.
Meski terluka, Achijat tetap membantu dengan menjadikan pundaknya sebagai pijakan bagi pemuda lain yang hendak mencapai lantai dua dan terus naik ke puncak menara. Nurmansyah juga menambahkan, meskipun terluka, ayahnya tidak mengungkapkan kondisi tersebut kepada orang lain.
Baca Juga: Kisah Pertempuran Surabaya, Ketika Perlawanan Rakyat dan Pemuda Menggugah Dunia, Belanda dan Sekutu Terkejut
Sementara itu, Andrian, cucu dari Kapten Soenarjo, menyebutkan bahwa kakeknya sempat merawat seorang pemuda yang terluka saat peristiwa tersebut berlangsung, yang diduga adalah Achijat. Menurut cerita dari Nurmansyah, beberapa tokoh seperti Cak Syukur Khamid dan Pak Ilyas juga tampak di tempat kejadian.
"Ayah saya masih menyimpan kenangan dari peristiwa itu, termasuk celana yang robek terkena kaca pada saat perobekan bendera merah-putih-biru," kenangnya.
Peristiwa ini menjadi titik balik dalam kehidupan Achijat dan membangkitkan semangat patriotisme dalam dirinya untuk terus berjuang demi bangsa dan negara.
What's Your Reaction?