ABATANEWS, JAKARTA — Setiap tanggal 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day, sebuah momen untuk menghormati perjuangan kelas pekerja dalam memperjuangkan hak-hak mereka.
Di Indonesia, peringatan May Day tidak hanya menjadi ajang unjuk kekuatan buruh, tetapi juga cerminan dinamika sosial, politik, dan ekonomi.
Berikut adalah kilas balik sejarah May Day serta peristiwa penting terkait peringatan ini di Indonesia.
Sejarah May Day
May Day berakar dari gerakan buruh di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Pada 1886, ratusan ribu pekerja di Chicago melakukan mogok kerja menuntut jam kerja 8 jam sehari, yang kemudian diken Riccihkan.
Aksi ini berpuncak pada peristiwa tragis yang dikenal sebagai Haymarket Affair, di mana bentrokan antara polisi dan demonstran menyebabkan korban jiwa. Untuk mengenang perjuangan ini, pada 1889, Internasional Sosialis Kedua menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional.
Pada awalnya, May Day adalah simbol perlawanan terhadap eksploitasi kapitalis. Namun, seiring waktu, peringatan ini berkembang menjadi Hari Buruh yang dirayakan secara global, termasuk di Indonesia, dengan fokus pada isu-isu seperti upah layak, kondisi kerja, dan hak berserikat.
May Day di Indonesia
Di Indonesia, peringatan May Day mulai dikenal sejak era kolonial Belanda, terutama melalui gerakan serikat buruh di sektor perkebunan dan kereta api.
Namun, May Day baru menjadi peristiwa besar setelah kemerdekaan, seiring dengan meningkatnya kesadaran politik di kalangan buruh.
Peristiwa Penting May Day di Indonesia:
-
Era Soekarno (1945-1965): May Day menjadi ajang konsolidasi gerakan buruh yang didukung oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan serikat buruh seperti SOBSI. Peringatan ini sering diwarnai demonstrasi besar-besaran, terutama di Jakarta, dengan agenda anti-imperialisme dan anti-kapitalisme. Namun, setelah peristiwa G30S 1965, gerakan buruh ditekan keras oleh rezim Orde Baru, dan May Day nyaris tidak dirayakan secara terbuka.
-
Era Orde Baru (1966-1998): Pemerintah Soeharto membatasi aktivitas serikat buruh independen. May Day sering kali hanya diperingati secara seremonial oleh serikat buruh yang dikontrol pemerintah, seperti SPSI. Demonstrasi buruh dilarang, dan pelanggaran hak buruh marak terjadi, termasuk kasus-kasus di sektor industri seperti tekstil dan alas kaki.
-
Reformasi (1998-Sekarang): Jatuhnya Soeharto membuka ruang bagi kebebasan berserikat. May Day kembali menjadi ajang demonstrasi besar, terutama di Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Buruh menuntut kenaikan upah minimum, penghapusan sistem kerja kontrak, dan jaminan sosial. Salah satu peristiwa penting adalah aksi May Day 2013, ketika puluhan ribu buruh dari berbagai serikat berkumpul di Jakarta, menekan pemerintah untuk mereformasi kebijakan ketenagakerjaan.
-
Isu Kontemporer: Pada 2020-2023, peringatan May Day di Indonesia diwarnai penolakan terhadap Omnibus Law atau UU Cipta Kerja, yang dianggap merugikan buruh karena mempermudah PHK dan mengurangi hak cuti. Demonstrasi besar terjadi di berbagai kota, meskipun pandemi COVID-19 sempat membatasi aksi massa pada 2020-2021. Pada 2024, buruh juga menyoroti isu kesejahteraan pekerja informal, yang jumlahnya mencapai lebih dari 60% tenaga kerja Indonesia.
May Day 2025
Peringatan May Day 2025 di Indonesia diprediksi akan kembali diwarnai aksi massa di sejumlah kota besar. Serikat buruh seperti KSPI, FSPMI, dan SBSI berencana menggelar demonstrasi untuk menuntut kenaikan upah minimum 2025, perlindungan pekerja migran, dan revisi sejumlah pasal dalam UU Cipta Kerja.
Selain itu, isu kesejahteraan pekerja sektor informal dan dampak digitalisasi terhadap dunia kerja juga menjadi sorotan.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan 1 Mei sebagai hari libur nasional sejak 2014, memberikan ruang lebih luas bagi buruh untuk menyuarakan aspirasi mereka.
Namun, tantangan seperti fragmentasi gerakan buruh dan tekanan ekonomi global masih menjadi hambatan dalam mewujudkan kesejahteraan pekerja.
May Day tetap menjadi simbol perjuangan dan solidaritas kelas pekerja.
Di tengah dinamika zaman, peringatan ini mengingatkan kita bahwa hak buruh adalah hak asasi yang harus terus diperjuangkan.
Sebagai negara dengan tenaga kerja lebih dari 140 juta orang, Indonesia memiliki peran besar dalam gerakan buruh global.
May Day bukan hanya perayaan, tetapi juga panggilan untuk terus memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh pekerja.
Penulis : Azwar