Peristiwa 13 April 2013, Lion Air Jatuh ke Ngurai Rai Bali
PELAIHARI, Poros Kalimantan – Sore itu, langit Bali cerah berawan. Jarak pandang 10 kilometer. Angin sepoi-sepoi, kecepatannya hanya 7 knot. Tapi Lion Air JT 904 justru jatuh ke laut. RELATED POSTS Penyanyi Legendaris, Titiek Puspa Tutup Usia Sukses Dukung Kelancaran Arus Mudik Idulfitri 1446 H, PLN Catatkan Kenaikan Transaksi SPKLU Hampir 5 Kali Lipat Bebaskan […]


PELAIHARI, Poros Kalimantan – Sore itu, langit Bali cerah berawan. Jarak pandang 10 kilometer. Angin sepoi-sepoi, kecepatannya hanya 7 knot. Tapi Lion Air JT 904 justru jatuh ke laut.
Pesawat itu lepas landas dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Tujuannya Denpasar, Bali. Namun, saat hendak mendarat di Bandara Ngurah Rai, 13 April 2013 pukul 15.10 WITA, pesawat menukik jatuh ke perairan, tepat di sebelah barat landasan 09.
Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. Kendati, 46 orang terluka. Mereka langsung dilarikan ke rumah sakit sekitar bandara.
Pesawat dikemudikan oleh Kapten Mahlup Ghazali, warga negara Indonesia, dan kopilot Chirag Kalra, berkebangsaan India. Dua-duanya dinilai berpengalaman. Tes urine keduanya negatif dari narkoba dan alkohol.
Jumlah penumpang mayoritas warga Indonesia. Namun juga terdapat satu penumpang asal Prancis, satu Belgia, dan dua dari Singapura.
Lion Air memberi santunan: Rp55 juta per orang. Terdiri dari Rp50 juta uang duka dan Rp5 juta ganti rugi bagasi. Nilai bagasi itu dibulatkan dari ketentuan maksimal Rp4,6 juta sesuai aturan Kemenhub No. 77 Tahun 2011.
Namun tak semua setuju. Salah satunya Risa Suseanty, atlet sepeda downhill. Ia menolak ganti rugi dan menunggu hasil resmi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Kapten pilot sempat berkata: pesawat seolah tertarik ke bawah oleh angin. Dugaan awal pun mengarah pada “windshear”—perubahan arah dan kecepatan angin yang mendadak, sering terjadi saat mendarat. Tapi cuaca saat itu tak mendukung dugaan itu. BMKG mencatat cuaca baik dan angin tenang.
KNKT turun tangan. Mereka tak langsung menyimpulkan. Tapi tiga rekomendasi awal langsung dilayangkan ke Lion Air:
Pertama, pilot harus disiplin mengikuti prosedur minimum ketinggian saat mendarat, apalagi jika referensi visual belum terlihat.
Kedua, tinjau ulang SOP soal pergantian kendali pesawat pada ketinggian kritis.
Ketiga, pastikan pelatihan pilot, baik awal maupun lanjutan, benar-benar membekali mereka menghadapi situasi genting saat pergantian kendali.
Laporan lengkap KNKT masih ditunggu. Tapi satu pelajaran sudah bisa dicatat: mendarat itu bukan hanya soal keahlian. Tapi juga soal keputusan. Dan kesiapan menghadapi yang tak terduga.
Reporter : Tung
Editor : Musa Bastara
What's Your Reaction?






