Peristiwa 17 Desember 1942: Lahirnya Soe Hok Gie

Soe Hok Gie memiliki latar keluarga sederhana yang dekat dengan dunia sastra. Ayahnya seorang sastrawan Melayu Tionghoa bernama Soe Lie Pit.

Peristiwa 17 Desember 1942: Lahirnya Soe Hok Gie
image

Soe Hok Gie kerap mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah Soeharto dengan Orde Barunya. Salah satu hal yang paling awal mengungkap terjadinya pembunuhan massal yang terjadi di periode itu adalah tulisan-tulisannya.

Dalam sebuah artikel yang terbit di majalah mahasiswa pada 1967, Soe Hok Gie menggunakan nama samaran Dewa. Ia menceritakan pembunuhan massal yang terjadi di Bali.

Sesaat sebelum lulus, Soe Hok Gie berkesempatan ke Amerika Serikat selama tiga bulan untuk mengunjungi sejumlah kampus dan komunitas. Dalam kunjungan tersebut, Ia mengamati masyarakat Amerika secara langsung.

Ia juga mengamati gerakan perang Vietnam ataupun gerakan menuntut persamaan hak kaum kulit hitam. Dalam kunjungan tersebut, ia juga mengumpulkan bahan-bahan untuk skripsinya.

Pada 1969, Soe Hok Gie menyelesaikan kuliahnya dengan judul skripsi Simpang Kiri sebuah Jalan (Kisah Pemberontakan Madiun September 1948) yang kemudian diterbitkan pada 1997 dengan judul yang sama. Setelah lulus, Soe Hok Gie mengajar di Fakultas Sastra sambil terus melanjutkan kritik-kritiknya yang tajam.

Saat di era Orde Baru, Soe Hok Gie masih meneruskan hobinya naik gunung. Pendakian terakhirnya adalah di Gunung Semeru, Jawa Timur.

Bersama kawan-kawannya, ia memulai pendakian pada 14 Desember 1969. Saat berada di Gunung Semeru, Soe Hok Gie terjebak dalam asap beracun.

Soe Hok Gie meninggal pada 16 Desember 1969, tepat sehari sebelum ulang tahunnya. Ia meninggal bersama sahabatnya, Idhan Lubis.

Jenazah Soe Hok Gie dan Idhan Lubis disemayamkan di FSUI sebelum akhirnya dimakamkan di Menteng Pulo. Agar dekat dengan orangtua, makamnya dipindahkan ke pemakaman di Tanah Abang.

Saat pemakaman Tanah Abang digusur oleh pemerintah DKI pada 1975, tulang belulang Soe Hok Gie dikremasikan dan abunya disebarkan teman-teman pencinta alamnya di Gunung Pangrango.

Pasca kematiannya, penerbit LP3ES menerbitkan catatan hariannya dengan judul Catatan Seorang Demonstran pada 1983. Pada 1990, karya-karya studinya diterbitkan, dimulai dengan skripsi sarjana mudanya Di Bawah Lentera Merah: Riwajat Sarekat Islam Semarang 1917-1920.

Pada 2005, film berjudul Gie diproduksi. Film ini disutradarai oleh Riri Riza dan diproduseri oleh Mira Lesmana. Sosok Soe Hok Gie dalam film tersebut diperankan oleh Jonathan Mulia (Soe Hok Gie muda) dan Nicholas Saputra.

Penulis: Resla

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow