Peristiwa Bersejarah Sepanjang Agustus 1945, Sebelum dan Setelah Proklamasi 17 Agustus
Sebelum dan setelah proklamasi 17 Agustus, terjadi beberapa peristiwa bersejarah sepanjang Agustus 1945. Apa saja?
TEMPO.CO, Jakarta - Bulan Agustus identik dengan peringatan HUT Kemerdekaan RI yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Peristiwa bersejarah tersebut menyimpan banyak catatan sejarah danmengingatkan perjuangan para pahlawan nasional juga masyarakat di seluruh Indonesia.
Namun, selain peristiwa tersebut, terdapat pula hari bersejarah lain yang juga terjadi pada Agustus 1945. Simak informasinya berikut ini.
Perdebatan Sukarno dan golongan muda pada 15 Agustus
Pada tanggal 15 Agustus 1945, terjadi pertengkaran dan perdebatan cukup sengit antara pemimpin negara saat itu, yakni Sukarno dengan golongan pemuda, antara lain Sukarni, Ahmad Soebarjo, Wikana, dan Chaerul Saleh. Mereka hendak mendesak Sukarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia dengan dalih tentara Jepang sudah kalah.
Namun, saat itu Sukarno tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak gegabah dalam membuat keputusan yang besar. Dikutip dari laman setneg.go.id, Sukarno bahkan diancam dengan kata-kata yang dilontarkan oleh para pemuda, seperti yang digambarkan Lasmidjah Hardi (1984:58) dalam tulisannya.
“Kita harus segera merebut kekuasaan!” tukas Sukarni berapi-api.
“Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami!” seru mereka bersahutan.
Wikana pun juga mengancam Soekarno dengan pernyataan “Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari”. Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Sukarno emosi dan berdiri menuju Wikana sambil berkata “Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari!”
Hatta kemudian memperingatkan Wikana bahwa Jepang merupakan masa lalu bangsa Indonesia.
“Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu?”, tanya Soeharto pada golongan pemuda.
Setelah berulangkali didesak oleh para pemuda, Bung Karno menjawab bahwa ia tidak bisa memutuskannya sendiri, ia harus berunding dengan para tokoh lainnya. Utusan pemuda mempersilahkan Bung Karno untuk berunding. Para tokoh yang hadir pada waktu itu antara lain, Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro.
Peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945
Saat diculik oleh golongan muda ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Sukarno sempat kembali didebat oleh Sukarni mengapa harus memutuskan untuk memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17. Sukarno lantas menjawab “Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17”.
Lantas Sukarni bertanya kembali “Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, atau tanggal 16?”. Lalu, Sukarno menjawab “Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci.
Sukarno menjelaskan dengan berkata "Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. Tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Al-Quran diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat. Oleh karena itu, kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia”, sebagaimana ditulis Lasmidjah Hardi (1984:61)
Penetapan UUD 1945 pada 18 Agustus
Setelah proklamasi kemerdekaan, esok harinya pada 18 Agustus, ditetapkan dan disahkan Undang-Undang Dasar (UUD) oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai konstitusi Republik Indonesia melalui sidang.
Pembentukan KNIP pada 29 Agustus 1945
Usai kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, pada 29 Agustus 1945 dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bertugas untuk membantu tugas legislatif presiden yang saat itu belum ada DPR maupun MPR.
Pilihan Editor: Kenali 3 Tokoh Paskibraka Pertama Indonesia, Salah Satunya SK Trimurti
What's Your Reaction?