Peristiwa Isra’ Mikraj Berlangsung Setelah Nabi Saw Kehilangan Siti Khadijah Ra

Mubadalah.id - Peristiwa Isra' Mikraj berlangsung sesudah Nabi Muhammad Saw kehilangan orang-orang yang dicintai dan mencintainya: istri Siti Khadijah dan

Peristiwa Isra’ Mikraj Berlangsung Setelah Nabi Saw Kehilangan Siti Khadijah Ra
image

Mubadalah.id – Peristiwa Isra’ Mikraj berlangsung sesudah Nabi Muhammad Saw kehilangan orang-orang yang dicintai dan mencintainya: istri Siti Khadijah dan tidak lama kemudian disusul oleh pamannya, Abu Thalib.

Meski ia sendiri tak ikut agama keponakannya itu, tetapi ia adalah orang yang melindungi dan membelanya dengan mempertaruhkan martabat diri dan sukunya. Keadaan ini membuat kaum kafir Quraisy menjadi semakin leluasa untuk memusuhinya.

Sementara para pembela Nabi hanya dari kalangan rakyat biasa dan tak punya hubungan darah atau kekerabatan. Kafir Quraisy semakin intensif mengganggu, menyakiti, dan berusaha mengusir Muhammad dari tanah kelahirannya atau bahkan membunuhnya. Para ahli sejarah menyebutnya tahun itu sebagai “Am al Huzn” (Tahun dukacita).

Nabi merasa sunyi, sepi, dan sendiri. Ia seakan-akan tidak lagi punya harapan untuk hidup aman dari ancaman dan penganiayaan kaum kafir Quraisy.

Nabi merasa keadaan akan semakin kritis dan mengancam. Hatinya menjadi sangat sensitif. Tetapi beliau tetap tak akan menghentikan langkahnya untuk mengajak masyarakatnya kepada agama Tauhid. Ia telah melihat Kebenaran yang beliau cari-cari berbulan dengan mata hatinya.

Maka beliau putuskanlah untuk pergi ke Thaif dengan penuh harap di sana akan ada orang-orang yang akan melindungi dan menerima risalahnya. Tetapi harapan itu sia-sia belaka. Nabi malah dikejar dan dilempari batu oleh anak-anak muda sampai bagian tubuhnya berlumuran darah.

Untuk menghindari pengejaran mereka lebih lanjut, Nabi berlindung di sebuah kebun milik orang Yahudi, Utbah bin Rabi’ah. Mungkin sulit kita terima akal sehat, jika orang kafir, pemilik kebun itu tidak menangkap Muhammad (saw.) untuk kemudian menyerahkannya kepada pemimpin kafir Quraisy di Makkah.

Ia malah menyuruh Addas, pelayannya, seorang budak, untuk memberinya minum dan anggur serta memberinya perlindungan untuk sesaat. Ini tentu karena semata-mata pertolongan Allah belaka.

Kisah Nabi Saw dengan Nasrani

Ketika Nabi menerima anggur itu dan hendak memakannya, beliau membaca: “Bismillah.” Mendengar bacaan itu, Addas mengatakan: “Kata-kata itu bukanlah yang biasa diucapkan orang di negeri ini” Lalu Nabi balik bertanya kepada Addas: “Dari negeri mana kamu? Dan apa agamamu?” Addas menjawab: “Aku seorang Nasrani, dan aku datang dari Niniveh.”

Nabi segera menyela: “Dari kota tempat seorang yang benar, Yunus putera Matta” Addas bertanya: “Dari mana tuan mengetahui tentang Yunus putera Matta?.” Nabi menjawab: “Ia adalah saudaraku. Ia adalah seorang Nabi, dan aku adalah seorang Nabi.”

Lalu Addas membungkukkan badan kepada Nabi, mencium kepala, tangan dan kaki beliau. Pemilik kebun menyaksikan dari jauh tingkah laku Addas, budak mereka.

Ketika kembali, Addas ditanya: “Hati-hati, Addas! Apa yang mebuatmu mencium kepala, tangan dan kaki orang itu?.”

Ia menjawab: “Tuan, tidak ada di muka bumi ini yang lebih baik daripada orang itu! Ia telah bercerita kepadaku tentang sesuatu yang hanya seorang Nabi yang tahu.”

Si juragan itu berkata: “Hati-hati kau Addas, janganlah kau biarkan orang itu membelokkan engkau dari agamamu, sebab agamamu lebih baik daripada agamanya!.”

Sebuah kisah yang populer menyebutkan bahwa Malaikat Jibril melihat kejadian penganiayaan para pemuda tadi. Melihat kekasih Allah itu diperlakukan sedemikian rupa menghinakan, ia menawarkan bantuannya.

“Jika engkau berkenan, O, Muhammad, kekasih Allah, aku akan jungkirbalikkan bumi ini dan menimpakan dua gunung ini ke atas punggung mereka yang terus melukaimu,” kata Jibril.

Dengan tenang Nabi menjawab: “Oh, Tidak, Jangan lakukan itu, Jibril! Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang belum mengerti saja. Semoga Tuhan, memberi mereka petunjuk dan semoga kelak dari mereka akan lahir orang-orang yang meng-Esa-kan-Mu.” Usai menjawab demikian, sambil tetap duduk di bawah pohon kurma itu, Nabi berdoa dengan seluruh hatinya. []

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow