Peristiwa Singkat 2023

Kita di tanah air jangan sampai menjadi putus harapan

Peristiwa Singkat 2023

Sebenarnya saya agak enggan menulis ringkasan kejadian tahun 2023 ini, karena banyak yang mengecewakan, kurang menyenangkan, bahkan menyedihkan, rasanya menyesal kenapa harus terjadi. Akan tetapi, apa hendak dikata, kita tidak bisa memilih hanya menerima yang baik saja dan menolak yang buruk, karena semua telah terjadi dan menjadi bagian dari hidup kita semua.

Kita semua harus bersikap positif, mensyukuri semua hal yang bagus dan menyenangkan, tetapi juga yang kurang menyenangkan, bahkan yang buruk, dengan percaya di hati bahwa Tuhan tentu mempunyai maksud yang baik bahwa kita harus mengalami semua itu, meskipun kita belum tahu itu. Kita menyikapi dengan berjanji meneneruskan dan lebih memperbaiki lagi hal-hal yang bagus, sekaligus untuk memperbaiki yang kurang bagus dan yang jelek agar tidak terjadi lagi di masa mendatang.

Jadi kita harus berani menerima yang buruk dan berjanji memperbaikinya agar tidak terjadi lagi di masa depan. Itu sikap positif dalam hidup, bukannya mengeluh dan menyesali diri dan tidak berbuat apapun, menyerah, dan menerimanya sebagai nasib.

Berbicara mengenai hal-hal yang buruk, yang segera teringat adalah perang Ukraina dengan Rusia yang belum ada tanda-tanda mereda, dan perang di Timur Tengah yang jelas masih akan berlangsung di tahun depan. Perang Ukraina tidak tampak akan mereda dalam waktu dekat, Presiden Putin justru sibuk mengumpulkan peralatan perang dan amunisi baru serta logistiknya untuk penyerangan di musim dingin.

Padahal perang ini sudah dimulai dengan invasi Rusia di bulan Februari 2021 yang lalu. Sementara itu Ukraina mengalami kemunduran dalam bantuan dari negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat. Kedua Pemerintah negara ini menghadapi oposisi di parlemen, di mana pihak oposisi memegang mayoritas dan menuntut dihentikannya bantuan kepada Ukraina. Upaya diplomasi Presiden Zelensky menemui pemimpin pemerintahan di Brussels maupun Washington DC tidak berhasil kali ini.

Hal yang serupa juga terjadi di Timur Tengah. Pihak Israel, baik dari pernyataan beberapa menteri maupun Perdana Menteri Netanyahu, semuanya mengatakan tidak ingin ada ceasefire dan penyerangan akan diteruskan, meskipun korban sebagian besar orang sipil, anak kecil, ibu-ibu dan orangtua, semua sudah berjumlah sekitar 20.000 jiwa sampai sekarang. Jadi serangan balasan Israel terhadap serangan Hamas 7 Oktober yang lalu yang menewaskan 1.200 orang Israel dan menyandera ratusan orang dibalas dengan pembantaian 20.000 orang Palestina tidak bersalah. Pemerintah Israel tidak peduli akan korban penduduk, mereka hanya berhenti menyerang kalau sudah bisa menghabiskan semua pengikut Hamas.

Baca Juga: Konflik Timur Tengah Menelan Korban Dunia Akademi

Peristiwa Singkat 2023Soedradjat Djiwandono, mantan gubernur Bank Indonesia. (dok.pribadi)

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Pemerintah Israel tidak lagi tertarik melakukan pertukaran sandera yang selama ini berjalan dengan intervensi Qatar. Suatu hal yang menyedihkan, tetapi nampaknya tidak bisa diubah. Kita masih akan mendengar berita buruk dari Timur Tengah tampaknya. Dunia juga semakin hilang harapan dan melihat konflik Timur Tengah tidak ada penyelesaiannya.

Disayangkan bahwa sikap AS dalam hal ini juga tidak konsisten, beberapa waktu dalam kunjungan Menlu Blinken ke Israel, beliau mengingatkan PM Netanyahu bahwa korban penduduk sipil sudah terlalu tinggi. Tetapi satu minggu kemudian sewaktu Dewan Keamanan PBB membuat resolusi agar terjadi gencatan senjata, AS melalui dubesnya, Robert Wood, menjatuhkan vetonya. Artinya AS membiarkan Israel melanjutkan pembantaian penduduk sipil yang sudah demikian banyak menjadi korban tersebut. Dengan demikian berita buruk dari Timur Tengah akan berlanjut di tahun depan.

Satu hal lain dalam perkembangan geopolitik yang juga memprihatinkan adalah kecenderungan pemerintahan yang bergeser ke arah garis kanan, yang lebih suka isolasi daripada globalisasi, perang dagang, anti imigrasi, dan sejenisnya. Ini dimulai dengan terpilihnya Geert Wilder menjadi PM di Netherland, kemudian sangat mungkin bahwa Presiden Perancis Macron yang masanya hampir habis akan digantikan oleh pemimpin kanan Marine le Pen, dan EU telah memiliki Victor Orban di Hongaria, dan di Asia ada PM Narendra Modi yang semakin cenderung ke kanan. Dan, masih lagi ada kemungkinan kembalinya Donald Trump menjadi Presiden AS, dengan slogannya Make America Great Again (MAGA), dan America First Policynya, yakni isolasi, anti imigrasi, perang dagang, dan sebagainya.

Ekonomi dunia tampaknya terhindar dari resesi, tetapi dengan segala kebijakan isolasi dan anti globalisasi ekonomi dan perdagangan, mungkin kebangkitan ekonomi dunia lebih sulit lagi, penyelesaian pinjaman buat negara-negara miskin yang telah banyak pinjaman juga akan terhalang. Harapan untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi nampaknya sulit menjadi kenyataan.

Meskipun demikian, kita di tanah air jangan sampai menjadi putus harapan. Mari kita berharap bersama agar masa kampanye dengan debat calon presiden bisa kita lalui dengan baik dan selamat. Demikian pula masa tenang dan pencoblosan, serta penghitungan suara dan proses validasinya agar rampung dengan sukses. Dan, di akhir Maret 2024 kita sudah dapat merayakan tepilihnya presiden dan wakil presiden baru yang akan segera mulai bekerja memimpin negara ini dengan konsisten melaksanakan program kerja mereka, membuat pertumbuhan berkualitas yang adil dan merata, ramah lingkungan, dan berkesinambungan untuk menyambut era emas Republik tercinta.

Dalam hal terakhir mohon maaf, saya tidak bisa tidak bias, karena memegang kejujuran, bahwa pemenangnya adalah Prabowo Subianto menjadi presiden terpilih dan Gibran Rakabuming Raka menjadi wakil presiden terpilih 2024. Dengan kepemimpinan mereka, Indonesia akan di tangan yang kuat, konsisten dan mempunyai dasar etika dan moral yang kuat, tidak mengikuti kecenderungan ke kiri atau ke kanan, melainkan maju terus, berdasarkan landasan UUD 1945 dan Pancasila. Tuhan memberkati kita semua. INSYA ALLAH.

(Dradjad, 29/12/2023).

Guru Besar Ekonomi Emeritus, FEBUI, Jakarta, dan Guru Besar Tamu Ekonomi Internasional, S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU), Singapura.

Baca Juga: Sedikit Mengenai Minum Anggur

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow