Reaksi Dunia soal Peristiwa Deklarasi Darurat Militer di Korsel
Sejumlah pemimpin negara-negara di dunia bereaksi terhadap peristiwa deklarasi darurat militer yang terjadi di Korea Selatan.
KOMPAS.com - Pemimpin negara-negara dunia mengecam tindakan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol yang sempat memberlakukan status darurat militer atau martial law.
Yoon mengumumkan darurat militer dalam pidato, Selasa (3/12/2024) malam. Dia lalu membatalkannya enam jam kemudian karena ditentang parlemen.
Deklarasi darurat militer dilakukan Yoon setelah usulan anggaran negara pemerintahannya ditolak parlemen. Namun, dia berdalih status darurat militer ditetapkan untuk melindungi Korea Selatan dari pihak yang pro-Korea Utara.
Keputusan Yoon menetapkan keadaan darurat militer di Korea Selatan menuai kecaman dari pemimpin dan pejabat negara-negara tetangga yang mempertanyakan tindakannya.
Baca juga: Alasan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Umumkan Darurat Militer, meski Ditolak Parlemen
Reaksi dunia ke deklarasi darurat militer Korsel
Sejumlah kepala negara maupun pejabat pemerintahan di negara-negara tetangga Korea Selatan menanggapi keputusan Yoon yang memberlakukan status darurat militer.
1. Amerika Serikat
Diberitakan Washington Post, Rabu (4/12/2024), Presiden AS Joe Biden telah mendapatkan pengarahan terhadap situasi di negara sekutunya, Korea Selatan.
"Kami tidak diberi tahu sebelumnya, dan kami sangat khawatir dengan apa yang kami lihat terjadi,” kata seorang pejabat senior pemerintahan AS.
Wakil Menteri Luar Negeri AS Kurt Campbell memastikan, Washington masih mengamati peristiwa yang terjadi dengan "kekhawatiran mendalam" dan menyatakan dukungannya kepada Korea Selatan.
"Saya juga ingin menggarisbawahi bahwa kami memiliki harapan dan ekspektasi bahwa setiap pertikaian politik akan diselesaikan secara damai dan sesuai dengan aturan hukum," katanya.
Meski begitu, Amerika Serikat dilaporkan menunda tanpa batas waktu pertemuan Kelompok Konsultatif Nuklir (NCG) dan latihan militer terkait.
NCG merupakan upaya Yoon agar Korea Selatan berperan lebih besar dalam perencanaan sekutu untuk menghadapi potensi perang nuklir di Semenanjung Korea.
Selain itu, pernyataan darurat militer tersebut menimbulkan keraguan atas kunjungan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin ke Korea Selatan minggu depan.
2. Jepang
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mengatakan, Tokyo memantau situasi yang terjadi di Korea Selatan "dengan minat khusus dan serius."
Walau demikian, kelompok anggota parlemen Jepang untuk Korea Selatan membatalkan kunjungan ke Seoul yang dijadwalkan pertengahan Desember mendatang.
"Kekacauan politik dalam negeri Korea Selatan sejak tadi malam terus mengkhawatirkan," ujar penasihat khusus perdana menteri Jepang Akihisa Nagashima.
What's Your Reaction?