Sosok DI Panjaitan, Korban G30S/PKI Asal Balige
DI Panjaitan menjadi salah satu jenderal yang tewas dalam peristiwa G30S, ternyata pahlawan revolusi tersebut merupakan putra daerah Balige, Sumut.
Salah satu peristiwa berdarah dalam sejarah G30S/PKI adalah pembantaian enam jendral di lubang buaya. Dari enam jenderal yang kemudian menjadi Pahlawan Revolusi tersebut, salah satu merupakan putra daerah Balige, Sumatera Utara, yakni DI Panjaitan.
Berikut ulasan mengenai sosok DI Panjaitan yang dihimpun detikSumut.
Profil DI Panjaitan
Mengutip buku Major Jenderal Anumerta D.I. Panjaitan, Drs. Mardanas Safwan, disebutkan DI Panjaitan memiliki nama lengkap Donald lzacus Panjaitan. Lahir 10 Juni 1925 di sebuah desa bernama Sitorang, Balige.
DI Panjaitan lahir dari keluarga pengusaha kecil. Ayahnya bernama Herman Panjaitan dan ibunya Dina Pohon.
Dunia pendidikan DI Panjaitan terbilang gemilang. Pasalnya, dia didapuk sebagai mentor (pembantu) kepala sekolah G. De Jong saat masih kelas 7. Kemudian dirinya melanjutkan sekolah di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, setingkat SMP).
Namun ternyata DI Panjaitan sebenarnya ingin masuk HBS (Hogere Burger School), sebuah sekolah tingkat SMP dan SMA, tetapi dengan lama pendidikan lima tahun. Saat itu, dirinya mengikuti seleksi masuk dan dinyatakan lulus.
Kesempatan itu sayangnya tak diambil DI Panjaitan sebab keadaan ekonomi keluarga. Lantas dirinya pun terpaksa masuk MULO. Di tengah aktivitasnya menempuh pendidikan, DI Panjaitan harus menerima kabar duka dengan kematian orang tuanya.
Awal Mula Gabung Militer
Jejak militer di tubuh DI Panjaitan bermula ketika Jepang mendarat di Indonesia pada 1942. Saat itu terdapat satu badan tentara bernama Giyugun yang diciptakan pemerintah pendudukan bala tentara Jepang di Sumatera.
Dirinya pun mendaftar dan lolos menjadi tentara Giyugun. Saat itu ia menjabatan Perwira Staf berpangkat Syodanco (Letnan Dua).
Namun napas organisasi Giyugun tak bertahan lama. Setelah Indonesia merdeka Giyugun pun dibubarkan. Masa-masa itu pun mendorong DI Panjaitan membentuk sebuah organisasi militer. Alhasil pada 1945, tercipta Pemuda Republik Indonesia (PRI). Adapun orang-orang PRI merupakan pasukan yang pernah mengenyam pendidikan militer saat di Giyugun.
Tak berselang lama, tepatnya November 1945, PRI di Riau pun berubah menjadi Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dalam menjalankan fungsi, BKR dibagi menjadi tiga bagian yakni Pekanbaru, Bengkalis, dan lndragiri.
DI Panjaitan memulai kariernya di BKR Pekanbaru. Dirinya pun mendapatkan posisi Komandan Batalyon Pekanbaru (Hasan Basri 15 April 1978).
Lalu tak berselang lama BKR kembali diubah menjadi TKR. Pada 31 Maret 1946, DI Panjaitan diangkat menjadi Panglima Komandemen Tentara Sumatera.
Kemudian DI Panjaitan diangkat menjadi Wakil Komandan Resimen IV Pekanbaru. Berdasarkan Surat Perintah Panglima Divisi IX Sumatera tanggal 25 Maret 1948, Mayor D.I. Panjaitan ditugasi sebagai Komandan Organisasi/Pendidikan Divisi IX Sumatera dan berkedudukan di Bukittinggi.
Namun kegemilangan karier DI Panjaitan sempat mengalami kendala. Mengutip buku A.H. Nasution, Sejarah Perjuangan Nasional di Bidang Bersenjata disebutkan dikeluarkannya kebijakan rekonstruksi dan rasionalisasi yang memerintahkan seluruh jajaran militer diturunkan pangkatnya satu tingkat. Alhasil pun pangkat D.I. Panjaitan juga diturunkan dari Mayor menjadi Kapten.
Pangkat DI Panjaitan pun kembali pada 1 Januari 1956 melalui Surat Keputusan Presiden RI. Disebutkan pangkatnya ditetapkan menjadi Mayor efektif. Lalu lima bulan kemudian pangkatnya dinaikkan menjadi Letnan Kolonel.
Lalu dalam buku Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia, Komando Operasi Pemulihan Keamanan Dan Ketertiban disebutkan DI Panjaitan berhasil mendapatkan pangkat brigadir jenderal pada 1 Juli 1963.
Akhir Hidup DI Panjaitan
Seperti yang diketahui, DI Panjaitan wafat atas peristiwa G30S/PKI. Saat itu, pada 1 Oktober 1965, DI Panjaitan berada di rumahnya di Jalan Sultan Hasanuddin Blok M No. 35 Kebayoran Baru. Sebanyak 50 orang bersenjata lengkap mendatangi DI Panjaitan ke rumahnya itu.
Sementara itu, kondisi di sekitar kediaman DI Panjaitan telah diblokir. Kemudian tiga orang pun masuk melalui pagar halaman sebelah kiri. DI Panjaitan tewas dihujani peluru.
Simak Video "Melihat Koleksi Ribuan Patung Batu Megalith Berusia Ribuan Tahun, Palembang"
[Gambas:Video 20detik]
(nkm/nkm)
What's Your Reaction?