Sukarno Ceritakan Detik-Detik Proklamasi Dramatis, Bung Hatta Bilang 'Biasa Saja'

Bagaimana dua proklamator memiliki versi masing-masing terkait suatu kejadian dalam peristiwa proklamasi.

Sukarno Ceritakan Detik-Detik Proklamasi Dramatis, Bung Hatta Bilang 'Biasa Saja'
Rabu, 22 Maret 2023 05:07 Reporter : Merdeka
Sukarno Ceritakan Detik-Detik Proklamasi Dramatis, Bung Hatta Bilang 'Biasa Saja' Mohammad Hatta saat proklamasi kemerdekaan RI. ©IPPHOS/koleksi Rushdy Hoesein

Merdeka.com - Bagaimana dua proklamator memiliki versi masing-masing terkait suatu kejadian dalam peristiwa proklamasi.

Penulis: Hendi Jo

taboola mid article

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang dibacakan Sukarno dan Mohammad Hatta pada 17 Agustus 1945 adalah peristiwa terbesar dalam sejarah Indonesia.

Begitu pentingnya, hingga hampir tiap orang yang terlibat di dalamnya memiliki kisah masing-masing. Termasuk Sukarno sendiri yang mengisahkan secara khusus bagian tersebut dalam otobiografinya, Bung Karno Penjambung Lidah Rajat Indonesia.

Dalam buku yang disusun oleh jurnalis Amerika Serikat, Cindy Adams itu, Sukarno menyatakan jika banyak orang saat itu berharap banyak kepadanya. Tidak kepada Hatta atau pun tokoh lainnya. Menurut Sukarno, itu dibuktikan dengan banyaknya orang yang mendesaknya untuk segera mungkin membacakan teks proklamasi.

"Sekarang Bung, sekarang! Rakyat sudah mulai gelisah. Ucapkanlah proklamasi!" kata beberapa orang.

"Hatta tidak ada! Saya tidak mau mengucapkan proklamasi kalau Hatta tidak ada," jawab Sukarno seperti diceritakannya kepada Cindy Adams.

2 dari 3 halaman

Versi Bung Karno: Peranan Hatta Tidak Ada

Menurut Sukarno, tidak orang yang saat itu berteriak: kami menghendaki Bung Hatta! Sukarno tidak membutuhkan Hatta, karena sejatinya dia dapat melakukannya seorang diri.

"Memang aku melakukannya sendirian. Di dalam dua hari yang memecahkan urat syaraf itu maka peranan Hatta dalam sejarah tidak ada," ungkap Bung Karno.

Lantas mengapa Sukarno masih menunggu Hatta? Menurutnya, dia memerlukan Hatta karena satu pertimbangan politik. Hatta berasal dari Sumatra. Itu sangat pas dengan dirinya yang merupakan orang Jawa.

Demi persatuan, kata Sukarno, dia memerlukan seseorang dari Sumatra yang bisa menjamin sokongan orang-orang yang berada di pulau terbesar nomor dua di Indonesia tersebut.

"Dalam detik yang gawat dalam sejarah inilah, Sukarno dan tanah air Indonesia menunggu kedatangan Hatta," ungkapnya.

3 dari 3 halaman

Dongeng yang Lucu dan Pembelaan Hatta

Dalam bukunya Sekitar Proklamasi, Bung Hatta menyebut penuturan Sukarno dalam otobiografinya itu sebagai 'dongeng yang lucu'. Tak ada suasana dramatis seperti yang dilukiskan Bung Karno. Semuanya biasa saja. Terlebih, kata Hatta, Sukarno sangat paham kebiasaan dirinya yang selalu datang tepat waktu.

Sejatinya, semua yang hadir saat itu sudah menentukan waktu sejak semalam (ketika rapat di rumah Laksamana Tadashi Maeda). Pembacaan proklamasi di rumah Sukarno akan dilaksanakan pada jam 10.00. Karena itulah, Hatta memutuskan berangkat ke rumah Sukarno (yang jaraknya tidak sampai sampai 1 km) pada jam 9.50.

Begitu dekatnya jarak rumah mereka, Hatta tiba di Jalan Pegangsaan Timur No.56 lima menit kemudian. Lima menit sebelum teks proklamasi dibacakan di depan khalayak.

"Tidak ada orang yang gelisah, takut kalau-kalau saya terlambat datang. Sukarno pun tidak khawatir. Karena ia tahu kebiasaan saya," ungkap Hatta.

Kalau pun kemudian ceritanya menjadi begitu dramatis, kata Hatta, itu karena ucapan Sukarno yang sudah berlaku sebagai seorang diktator yang mengagungkan dirinya sendiri dan lupa daratan.

Berlainan dengan Sukarno sebelumnya, yang merupakan pemimpin rakyat, baik selama masa proklamasi maupun masa pergerakan di zaman Belanda dan Jepang.

[noe]

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow