Wisudawan Terbaik FUHUM, Kaitkan Isu Toleransi dengan Peristiwa di Al-Zaytun

Angkat isu toleransi beragama di masyarakat, wisudawan terbaik FUHUM UIN Walisongo, Mohammad Alif Halim Adityo soroti peristiwa toleransi berlebihan di pondok pesantren Al-Zaytun

Wisudawan Terbaik FUHUM, Kaitkan Isu Toleransi dengan Peristiwa di Al-Zaytun
Wisudawan terbaik FUHUM, Wisudawan UIN Walisongo, UIN Walisongo, Wisuda ke-94, Mohammad Alif Halim Adityo, Skripsi isu toleransi
Wisudawan terbaik FUHUM, Mohammad Alif Halim Adityo sedang berpose dengan ijazah kelulusannya, di depan Auditorium II Kampus 3 UIN Walisongo, Sabtu (2/11/2024). (Amanat/Daffa).

Amanat.id- Peroleh Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,85, mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM), Mohammad Alif Halim Adityo sabet gelar wisudawan terbaik pada wisuda S1 ke-94 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo di Gedung Auditorium II Kampus 3, Sabtu, (2/11/2024).

Dengan skripsinya yang berjudul “Principles of Religious Tolerance in Surah Al-Kafirun (Applicability of Yusuf al-Qaradawi Hermeneutical Approach)”, Alif ingin menyoroti peristiwa toleransi beragama yang terjadi di masyarakat.

“Peristiwa toleransi yang terlalu berlebihan seperti pada pondok pesantren Al-Zaytun menjadi latar belakang pembuatan skripsi saya,” tuturnya.

Melalui peristiwa tersebut, Alif juga mengaitkan pendapat dari Ulama Mesir, Yusuf Al-Qaradawi tentang toleransi beragama.

“Dari berbagai peristiwa tersebut saya mulai mengaitkan pendapat Yusuf Al-Qaradawi tentang bagaimana cara bertoleransi yang baik dan benar,” ucapnya.

Alif menjelaskan juga tentang bentuk toleransi yang moderat adalah yang seimbang.

“Bentuk bertoleransi itu seimbang dan tidak berlebihan,” tuturnya.

Di samping itu, dirinya juga mengatakan bahwa selama penulisan skripsi, terdapat kendala dari kedua pembimbingnya yang saling berbeda pendapat.

“Kendala ada pada kedua dosen pembimbing yang memiliki pandangan berbeda terhadap skripsi saya,” ujar Alif.

Namun, sambungnya, kendala tersebut dapat diselesaikan berkat komunikasinya yang baik.

“Hal tersebut dapat terselesaikan dengan baik karena saya selalu meminta arahan yang tepat kepada kedua dosen pembimbing dari perbedaan pandangan,” ucapnya.

Selama berkuliah, Alif juga mengembangkan diri melalui kegiatan non-akademik di UIN Walisongo.

“Saya juga mengikuti kegiatan non-akademik seperti menjadi Ambassador UIN Walisongo pada tahun 2022 dan magang di Badan Pembinaan Kerohanian Islam di Bank Mandiri area Tegal tahun 2020-2021,” jelasnya.

Lanjutnya, ia mengaku memiliki semangat dan tekad yang kuat berkat dukungan orang tua dan kegigihannya dalam belajar.

“Predikat ini saya dapat pastinya karena doa kedua orang tua saya yang kuat, dan kemauan untuk selalu ingin belajar,” katanya.

Sebagai anak dari seorang Satuan Keamanan (Satpam), lanjutnya, pencapaian tersebut menjadi bukti bahwa prestasi bisa dimiliki oleh setiap orang.

“Dari pencapaian ini saya bisa membuktikan bahwa prestasi bisa dimiliki oleh siapa pun, termasuk saya yang hanya anak Satpam,” katanya.

Terakhir, ia berpesan bahwa sebagai mahasiswa harus siap belajar dan dievaluasi.

“Agar bisa berkembang, sebagai mahasiswa harus selalu siap untuk terus belajar dan juga mau di evaluasi oleh orang lain. Karena banyak dari kita yang hanya mau mengevaluasi bukan dievaluasi,” tutupnya.

Reporter: Daffa Rizky Fadillah Akmal
Editor: Eka R.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow