7 Peristiwa Bersejarah di Bulan Muharram yang Patut Diteladani
Bulan Muharram merupakan satu dari empat bulan suci. Apa saja peristiwa bersejarah di bulan muharram yang patut diteladani umat islam?
Muharram merupakan bulan pertama yang menandai datangnya tahun baru islam. Bulan ini juga salah satu bulan yang disebut dalam Al-Quran sebagai bulan yang disucikan. Selain itu, pada bulan inilah terdapat banyak peristiwa-peristiwa yang dapat diteladani umat muslim. Peristiwa bersejarah apa sajakah yang ada di bulan Muharram? Simak ulasan lengkap berikut.
Daftar Isi
Sejarah Bulan Muharram
Pengertian muharram secara bahasa yaitu “haram”, diambil dari bahasa arab yang berarti terlarang atau suci. Bulan muharram ini merupakan salah satu dari empat bulan suci yang disebutkan dalam Islam, yaitu Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijah, Muharram. Sebagaimana firman Allah ta’ala pada Surat At-Taubah ayat 36.
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram”
Ayat ini diperkuat dengan penjelasan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Satu tahun ada 12 bulan, Empat bulan diantaranya adalah bulan haram (suci), tiga diantaranya berurutan, yaitu Dzulqa’da, Dzulhijjah, dan Muharram. Kemudian Rajab Mudhar yang diapit bulan Jumadil Akhir dan Sya’ban” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mengapa bulan Muharram ditetapkan sebagai bulan pertama dalam penanggalan islam? Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fathul-Baari (7/335) menjelaskan sejarah lahirnya keputusan sistem penanggalan islam. Keputusan dimulainya penanggalan islam ini didasarkan pada zaman khalifah sahabat Umar bin Khattab pada tahun ke 16 Hijriyah yang bermusyawarah dengan para pemuka sahabat. Pada masa itu kaum muslim masih mengadopsi peradaban Arab dalam penanggalan dokumen, yaitu sebatas menuliskan bulan dan tanggal tanpa memberikan tahun. Hal ini menyulitkan dalam proses administrasi dokumen sehingga muncul gagasan untuk menetapkan sistem kalender islam.
Bulan Muharram sebagai Bulan Awal Tahun Baru Islam
Usulan pembahasan penanggalan islam dimulai dari penentuan tahun pertama. Sebagian ada yang mengusulkan dari tahun Gajah, sebagai tahun kelahiran Nabi. Ada juga yang mengusulkan di tahun wafatnya Nabi, tahun pengangkatan Nabi menjadi Rasul, hingga momentum hijrahnya Rasulullah ke Madinah. Akhirnya disepakati usulan peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Mekkah ke Madinah sebagai awal tahun penanggalan islam. Pendapat Ali bin Abi Thalib tersebut dianggap sebagai peristiwa besar umat Islam simbol perpindahan masa jahiliyah ke masyarakat madani.
Penentuan tahun telah disepakati, selanjutnya dilakukan penentuan bulan awal untuk memulai tahun. Usulan bulan Rabiul Awwal diajukan sebagai bulan pembuka karena proses hijrah terjadi pada bulan tersebut. Namun khalifah Umar memilih bulan Muharram sebagai bulan pembuka dikarenakan bulan Muharram inilah muncul keinginan untuk berhijrah ke kota Madinah, meskipun realitanya proses hijrah terlaksana pada bulan Rabiul Awwal.
Baca Juga : 4 Keutamaan Bulan Muharram yang Sungguh Mulia
Peristiwa Bersejarah di Bulan Muharram
Bulan Muharram sebagai salah satu dari empat bulan suci atau haram (asyuhur al hurum) bukan tanpa sebab. Salah satu pemaknaan Asyuhur al hurum sebagai bulan-bulan yang dimuliakan Allah ini dikarenakan terdapat larangan berperang serta kemuliaan yang dapat dimanfaatkan untuk memaksimalkan amal shalih. Bulan Muharram juga memiliki momentum penting tentang sejarah keislaman yang terjadi. Dilansir dari tafsiralquran.id yang merangkum dari kitab Nuzhatul Majalis wa Muntakhobun Nafais karya Abdurrahman bin Abdissalam as-Shafuri, terdapat peristiwa bersejarah di bulan muharram yang dikisahkan dalam Al-Quran. Apa sajakah peristiwa-peristiwa tersebut? Mari kita simak sekaligus menjadi sumber keteladanan umat muslim.
Taubatnya Nabi Adam Alaihissalam
Peristiwa bersejarah di bulan muharram yang pertama yaitu kisah taubatnya Nabi Adam Alaihissalam. Akibat perbuatan yang tidak dapat manahan bujukan iblis untuk memakan buah/biji terlarang, Nabi Adam dan Hawa mendapat hukuman diturunkan ke bumi di tempat yang berbeda. Selama 40 tahun mereka terpisah dan saling mencari akhirnya dipertemukan di Padang Arafah, tepatnya di Jabbal Rahmah. Proses pencarian masing-masing dilakukan dengan penuh munajat, Nabi Adam tak henti-hentinya memohon ampun dan menyesali atas apa yang telah diperbuat. Hingga akhirnya Allah SWT menerima taubat beliau dan dipertemukan satu sama lain, bertepatan dengan bulan Muharram. Peristiwa dihukumnya Nabi Adam hingga Allah mengampuni taubatnya terdapat dalam Al-Qur’an pada surat Al-Baqarah ayat 36 dan 37. Allah berfirman,
“Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan. Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima taubatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
Dilansir dari tafsiralquran.id, para mufassir termasuk Imam Jalaluddin as-Suyuthi sepakat bahwa yang dimaksud dari ayat yang menunjukkan ‘beberapa kalimat’ ini adalah kalimat doa dalam surat Al-A’raf ayat 23 yang berbunyi rabbanaa dzalamnaa anfusanaa wa in lam taghfir lanaa lanakuunanna minal khasiriin (“Wahai Tuhan, kami telah menzalimi diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami, maka sungguh kami termasuk orang-orang yang merugi”).
Baca Juga: Kisah Nabi Adam sebagai Khalifah Pertama
Berlabuhnya Bahtera Kapal Nabi Nuh
Peristiwa bersejarah di bulan Muharram selanjutnya yaitu kisah terselamatkannya Nabi Nuh setelah terombang-ambing selama enam bulan ditengah banjir bandang yang melanda. Allah menyelamatkan Nabi Nuh bersama kaumnya yang berjumlah 80 orang dengan berlabuh di sebuah gunung yang disebut dalam Al-Quran, yaitu Gunung Judiy. Banjir bandang ini sebagai bentuk hukuman kepada kaum Nabi Nuh yang telah mendustakan perintah-Nya. Berlabuhnya kapal Nabi Nuh ini disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 44, Allah berfirman,
“Dan difirmankan, Wahai bumi! Telanlah airmu dan wahai langit (hujan)! Berhentilah. Dan air pun disurutkan, dan perintah pun diselesaikan dan kapal itu pun berlabuh di atas Gunung Judi, dan dikatakan, ‘Binasalah orang-orang zalim!” (QS. Hud [11]: 44)
Selain orang-orang yang beriman yang bersedia ikut ajakannya, Nabi Nuh juga membawa hewan-hewan ke dalam bahtera tersebut secara berpasangan. Sebagai rasa syukur atas nikmat Allah SWT, pada hari itulah mereka berpuasa.
Diriwayatkan bahwa semua burung, binatang liar, dan hewan-hewan melata pada hari itu ikut berpuasa Sementara itu kaum Nabi Nuh yang tidak bersedia mengikuti ajakan dan mempercayai ucapan Nabi, ditenggelamkan bersama air bah. Peristiwa ini menjadi pembelajaran untuk kaum muslimin hingga hari ini, bahkan Allah telah menfirmankan dalam Al-Qur’an Surat Al-Ankabut Ayat 14 dan 15.
“Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian, mereka dilanda banjir besar dalam keadaan sebagai orang-orang zalim. Maka, Kami selamatkan Nuh dan para penumpang bahtera serta Kami jadikannya sebagai pelajaran bagi alam semesta.” (QS. Al-Ankabut [29]: 14-15)
Baca Juga : Teladani Kisah Dakwah Nabi Nuh selama 500 tahun
Nabi Ibrahim Selamat dari Api
Peristiwa ini berawal dari perusakan yang dilakukan Nabi Ibrahim terhadap berhala-berhala yang disembah oleh raja Namrud dan kaumnya. Karena geram dengan tindakan syirik yang dilakukan, akhirnya dia menghancurkan berhala-berhala yang mereka sembah, dan hanya meninggalkan satu berhala besar dengan kapak yang digunakan Nabi Ibrahim ditancapkan di leher berhala tersebut. Alhasil Raja Namrud langsung marah dan menuduh Nabi Ibrahim sebagai pelaku. Sebagai hukumannya, Raja Namrud memerintahkan rakyatnya untuk membakar Nabi Ibrahim hidup-hidup.
Namun Allah SWT menyelamatkan Nabi Ibrahim dari siksaan kejam ini dengan membuat api yang digunakan untuk membakar tidak terasa panas, bahkan terasa dingin. Allah SWT merekam proses peristiwa ini dalam Al-Quran surat Al-Ankabut ayat 24 dan Al-Anbiya ayat 68-70
Maka, tidak ada jawaban kaumnya (Ibrahim), selain mengatakan, “Bunuhlah atau bakarlah dia!” Lalu, Allah menyelamatkannya dari api. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman. (Al-Ankabut [29] : 24)
Mereka berkata, “Bakarlah dia (Ibrahim) dan bantulah tuhan-tuhan kamu jika kamu benar-benar hendak berbuat.” Kami (Allah) berfirman, “Wahai api, jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim!” Mereka hendak berbuat jahat terhadap Ibrahim, tetapi Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi. (Al-Anbiya [21] : 68-70)
Menurut sejarawan Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Ilyas dalam bukunya, peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim ini saat berusia 17 tahun. Pada saat itu, Nabi Ibrahim telah banyak bergaul dengan banyak orang hingga suatu ketika diajak ke perayaan kaum Namrudz yang disebut sebagai perayaan tuhan-tuhan mereka.
Nabi Yusuf Bebas dari Penjara
Kisah perjalanan nabi Yusuf alaihissalam yang penuh hikmah diceritakan secara rinci dalam satu surat khusus Al-Qur’an, yaitu surat Yusuf. Putra dari Nabi Ya’qub ‘alaihissalam ini dicemburui oleh saudara-saudaranya yang akhirnya dibuang dan ditemukan oleh saudagar Mesir kemudian dijual untuk dijadikan budak. Beliau mengalami berbagai cobaan demi cobaan ini, salah satunya yaitu fitnah dari istri menteri yang bernama Zulaikha. Nabi Yusuf dituduh sebagai orang yang berbuat jahat karena menolak rayuan Zulaikha sehingga dipenjara tanpa bersalah.
Di dalam penjara, Nabi Yusuf bertemu dengan dua orang tahanan yang bermimpi tentang kondisi nasib mereka di masa depan. Dengan bantuan Ilmu yang diberikan Allah SWT, Nabi Yusuf berhasil menafsirkan mimpi tersebut dengan tepat. Salah satu dari mereka akan dibebaskan dan kembali bekerja sebagai pelayan raja, sedangkan tahanan lain akan disalib dan dimakan burung. Sayangnya pelayan itu lupa ketika Nabi Yusuf meminta untuk menyebutkan namanya raja yang akan membebaskannya.
Di kemudian hari, seorang raja Mesir bermimpi melihat tujuh ekor sapi gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus, dan tujuh tangkai gandum hijau dimakan oleh tujuh tangkai gandum kering. Raja bingung dengan arti mimpi itu dan meminta pendapat para pembesar dan ahli mimpi di istananya. Namun, tidak ada yang bisa memberikan penafsiran yang meyakinkan. Barulah pelayan raja itu teringat akan Nabi Yusuf dan segera menghadapnya untuk menanyakan makna mimpi raja.
Baca Juga : Tapak Tilas 6 Nabi dari Palestina yang Bersejarah
Tafsir Mimpi sebagai Bentuk Pertolongan Allah
Nabi Yusuf memberitahu bahwa mimpi itu menandakan akan datangnya tujuh tahun kemakmuran diikuti oleh tujuh tahun kekeringan. Ia juga memberikan saran agar raja mengumpulkan persediaan makanan di tahun-tahun baik dan menghematnya di tahun-tahun buruk. Penafsiran Nabi Yusuf tersebut membuat raja terkesan, kemudian memerintahkan agar ia dibebaskan dari penjara. Namun, Nabi Yusuf menolak keluar sebelum masalah fitnah Zulaikha terselesaikan karena ia ingin keluar sebagai orang yang suci dan terhormat. Maka, raja memanggil Zulaikha dan para wanita yang pernah memotong jari-jari mereka karena terpesona oleh kecantikan Nabi Yusuf.
Mereka semua mengakui bahwa Nabi Yusuf tidak bersalah dan Zulaikha mengaku bahwa dialah yang mencoba menggoda Nabi Yusuf. Dengan demikian, nama baik Nabi Yusuf dipulihkan dan ia pun dibebaskan dari penjara. Selain pembebasannya, Nabi Yusuf juga diberikan tawaran sebagai menteri keuangan. Ia akhirnya menerima tawaran tersebut dengan syarat diberi kewenangan penuh atas gudang penyimpanan makanan. Kepercayaan itu akhirnya diberikan oleh raja.
Dengan kebijaksanaan dan ketakwaannya, Nabi Yusuf berhasil mengelola persediaan makanan di Mesir dengan baik dan menyelamatkan banyak nyawa dari kelaparan, termasuk bertemu kembali saudara-saudaranya yang dulu sempat membuangnya. Peristiwa pengangkatan Nabi Yusuf ini disebutkan secara tersurat dalam Al-Qur’an salah satunya pada Surat Yusuf ayat 54.
Raja berkata, “Bawalah dia (Yusuf) kepadaku agar aku memilih dia (sebagai orang yang dekat) kepadaku.” Ketika dia (raja) telah berbicara kepadanya, dia (raja) berkata, “Sesungguhnya (mulai) hari ini engkau menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami lagi sangat dipercaya.” (QS. Yusuf [12]: 54)
Nabi Yunus Berhasil Keluar dari Perut Ikan
Nabi Yunus Alaihissalam diutus Allah SWT untuk menyeru penduduk Ninawa (Mosul Irak) agar menyembah Allah. Diriwayatkan Al-Tabari dalam bukunya berjudul “Tarikh Al-Rusul wa al-Muluk” menceritakan kisah Nabi Yunus alaihissalam disampaikan Ibnu Mas’ud. Nabi Yunus telah memperingatkan umatnya dengan azab dan mengatakan kepada mereka bahwa azab itu akan menimpa mereka dalam tiga hari.
Namun Nabi Yunus mendapat tantangan dan penolakan sehingga ia pergi dari kaumnya dalam keadaan marah tanpa perintah Allah. Dalam perjalanan kepergiannya, Nabi Yunus bergabung dengan penumpang kapal yang akan berlayar. Namun ditengah pelayaran tersebut, Nabi Yunus harus dilemparkan bersama barang-barang muatan ke laut sebagai konsekuensi untuk mengurangi beban kapal yang oleng. Ketika itulah Allah memerintahkan ikan untuk menelan Nabi Yunus tetapi dengan tidak melukai tubuhnya dan mematahkan tulangnya.
Kisah Nabi Yunus dalam Al-Quran
Selama 40 hari Nabi Yunus terus memanjatkan ampunan dalam gelapnya perut ikan, gelapnya dasar laut, dan gelapnya malam. Hingga akhirnya Allah mengampuninya dengan memerintahkan ikan untuk memuntahkannya ke pantai. Kisah ketidaksabaran Nabi Yunus ini disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang tersurat dalam Al-Qur’an. Allah berfirman,
“Dia (Yunus) kemudian ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Seandainya dia bukan golongan orang yang banyak bertasbih kepada Allah,niscaya dia akan tetap tinggal di perutnya (ikan) sampai hari Kebangkitan.” (QS. As-Saffat [37]: 143-144)
Oleh karena itu, bersabarlah (Nabi Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu dan janganlah seperti orang yang berada dalam (perut) ikan (Yunus) ketika dia berdoa dengan hati sedih. Seandainya dia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, pastilah dia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela.Tuhannya lalu memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang saleh. (QS. Al-Qalam [68]: 48-50)
Allah SWT mengajarkan hamba-hambanya untuk senantiasa bersabar dan memohon ampun serta petunjuk. Doa mohon ampun Nabi Yunus juga terdapat dalam Al-Quran surat Al-Anbiya ayat 87 yang dapat kita amalkan sehari-hari
(Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis, “Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.” (QS. Al-Anbiya [21]: 87)
Baca Juga: 3 Macam Sifat Dasar Nabi
Nabi Ayyub Sembuh dari Penyakitnya
Nabi Ayyub diberi cobaan kesabaran yang sangat berat berupa penyakit yang sangat parah dan menjijikan. Diceritakan bahwa sekujur tubuhnya dipenuhi dengan ulat-ulat dan tidak tersisa dari seluruh tubuhnya bagian yang sehat kecuali lisan dan hatinya. Nabi Ayyub sebelumnya diberikan karunia kekayaan dan keluarga yang sejahtera. Ia dikenal sebagai orang baik, bertakwa, dan menyayangi orang miskin. Karena penyakit yang dialaminya, satu persatu karunia tersebut berubah menjadi ujian.
Kedua anak lelakinya meninggal dunia dan istri yang sangat ia cintai mengacuhkannya karena tidak sanggup menahan bau penyakit yang diderita Nabi Ayyub. Meski diuji dengan cobaan yang sangat berat, ia tetap bermunajat kepada Allah dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Ia menyadari bahwa apapun yang diterima kepada dirinya adalah cobaan dari Allah SWT dan tidak akan diluar kemampuan penerimanya.
Sembari giat beribadah dan terus mengingat-Nya, Nabi Ayyub juga berusaha meminta pertolongan agar disembuhkan dari penyakit sembari memuliakan Rabbnya Yang Maha Penyayang. Doa yang dipanjatkan terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 83.
(Ingatlah) Ayyub ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku,) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (QS. Al-Anbiya [21]: 83)
Pentingnya Keistiqamahan dalam Bertakwa kepada Allah
Peristiwa bersejarah di bulan muharram ini mengajarkan nilai-nilai kesabaran dan kesetiaan dari Nabi Ayyub tidak meninggalkan Rabbnya. Pada akhirnya Allah menjawab semua ikhtiar doa-doanya dengan mengembalikan kesehatan dan kekuatan Nabi Ayyub. Allah juga mengembalikan karunia harta yang berlimpah dan anak yang banyak. Anugerah yang diterima nabi Ayyub ini bahkan lebih banyak dibanding yang diterima sebelum sakit. Allah berfirman,
“Entakkanlah kakimu (ke bumi)! Inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.” Kami anugerahkan (pula) kepadanya (Ayyub) keluarganya dan (Kami lipat gandakan) jumlah mereka sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat (QS. Sad [38]: 42-43)
Maka, Kami mengabulkan (doa)-nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya, Kami mengembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami melipatgandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami dan pengingat bagi semua yang menyembah (Kami). (QS. Al-Anbiya [21]: 84)
Baca Juga : Keteladanan Nabi Ibrahim Alaihissalam dalam Mencari Tuhan Hingga Perintah Kurban
Nabi Musa Selamat dari Kejaran Firaun
Kisah Nabi Musa dan kaum bani israil selamat dari kejaran firaun yang diselamatkan dengan terbelahnya laut merah menggunakan tongkat dengan bantuan Allah Ta’ala. Salah satu peristiwa bersejarah di bulan Muharram ini menunjukan kebesaran Allah sebagai Yang Maha Kuasa. Saat itu Bani Israil semakin tidak tahan dengan tindakan firaun dan kaumnya yang memimpin dengan kejam dan bengis, hingga akhirnya mereka sadar bahwa Nabi Musa yang dapat menolong mereka. Bani israil berduyun-duyun mendatangi Nabi Musa untuk memohon pertolongan agar keluar dari Mesir. Nabi Musa akhirnya menyanggupi dan memimpin rombongan meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis.
Perjalanan dilakukan dengan cepat pada malam hari karena takut tertangkap oleh Fir’aun dan bala tentaranya yang mengejar. Rasa takut dan cemas semakin mencekam para pengikut Nabi Musa dan Bani Israil ketika akhirnya mereka sampai di tepi Laut Merah pada waktu fajar. Sementara itu, Firaun dan bala tentaranya semakin mendekat untuk menangkap dan mengembalikan mereka ke Mesir.
Ketika Bani Israil terus panik dalam ancaman kejaran Fir’aun, Nabi Musa bersikap tenang dengan terus momohon pertolongan-Nya. Allah Yang Maha Mendengar doa hamba-hambanya memberikan perintah kepada Nabi Musa untuk memukul air laut dengan tongkat yang biasa ia gunakan untuk menggembala. Dengan izin Allah terbelahlah air Laut Merah membentuk lembah gunungan sehingga dasar air laut tersebut pun terlihat, membentuk jalan dari ke tepi timurnya. Mukjizat ini membuat Nabi Musa dan Bani Israil dapat melewatinya hingga sampai ke tepi timur dalam keadaan selamat.
Doa Memohon Pertolongan dari Nabi Musa
Doa apa yang dibaca Nabi Musa? Rasulullah ﷺ pernah menjelaskan doa itu melalui hadits yang diriwayatkan oleh A’masy dari Syaqiq dari Abdullah bin Mas’ud.
Rasulullah bersabda:
“Maukah kau kuajari tentang kalimat-kalimat yang dibaca oleh Musa ketika ia melintasi lautan bersama Bani Israil?”
Kami menjawab, “Tentu, ya Rasulullah.”
Kemudian Rasul menjawab,
“Bacalah allâhumma lakal hamdu wailaikal musytaka, wa antal musta’ân, wa lâ haula wa lâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil adzîmi” (Ya Allah, hanya milik-Mu segala puji, hanya kepada-Mu Dzat yang dimintai pertolongan. Tidak ada kekuatan untuk menjalankan sebuah ketaatan dan menghindari kemaksiatan kecuali pertolongan Allah Yang Maha Agung).
Baca Juga : Peristiwa Terbelahnya Lautan Menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil Pada 10 Muharram
Fir’aun dan pasukannya terus mengejar dan ikut melewati lembah gunungan air ini seraya berkata dengan sombongnya bahwa terbelahnya lautan ini ada bukti kekuasaannya yang harus disembah. Ketika semua pasukan Fir’aun telah berada di tengah-tengah lautan yang terbelah itu, Allah SWT menunjukkan kekuasaannya sebagai Maha Berkuasa, tiada tandingan atas kuasa-Nya dengan cara mengembalikan gunungan air seperti semula. Alhasil tenggelamlah Fir’aun dan pasukannya secara hidup-hidup, bahkan taubatnya di akhir hayat ditolak Allah SWT. Peristiwa ini telah Allah Ta’ala firmankan dalam Surat Yunus ayat 90 hingga 92, yaitu akan membuat jasad Fir’aun ini sebagai pelajaran untuk generasi saat ini.
Apakah (baru) sekarang (kamu beriman), padahal sungguh kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan? (91) Pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar kamu menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelah kamu. Sesungguhnya kebanyakan manusia benar-benar lengah (tidak mengindahkan) tanda-tanda (kekuasaan) Kami.(92) (QS. Yunus [10]: 91-92)
Itulah beberapa peristiwa yang terjadi di bulan muharram yang disebutkan dalam Al-Quran yang dapat kita teladani. Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pembelajaran mulai kesabaran, ketabahan, hingga keimanan dari setiap peristiwa-peristiwa yang terjadi di bulan Muharram ini.
What's Your Reaction?