Mengapa Kita Tidak Ingat Berbagai Peristiwa Saat Masih Bayi?
Ketidakmampuan kita untuk mengingat peristiwa-peristiwa tertentu saat masih bayi atau beberapa tahun pertama kehidupan disebut amnesia infantil.
Semua orang melewati masa pertumbuhan, mulai dari bayi hingga dewasa. Namun, proses pertumbuhan dan semua peristiwa saat bayi merupakan fase yang tidak bisa diingat setiap orang. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Para peneliti telah lama percaya bahwa kita tidak mengingat semua momen dan peristiwa saat masih bayi karena hipokampus atau bagian otak yang berfungsi untuk menyimpan ingatan masih berkembang hingga usia remaja. Proses perkembangan hipokampus inilah yang membuat kita tidak dapat menyimpan ingatan saat tahun-tahun awal perkembangan.
Meski demikian, hasil penelitian terbaru dari Yale University, Amerika Serikat, yang dipublikasikan di jurnal Science, 20 Maret 2025, menemukan bukti bahwa hal tersebut tidak benar.
Dalam sebuah penelitian, para peneliti berhasil memperlihatkan gambar-gambar baru kepada bayi dan kemudian menguji apakah mereka mengingatnya. Hasilnya, peneliti menemukan bahwa hipokampus atau otak bayi cenderung lebih aktif saat melihat gambar pertama sehingga membantu mengenali gambar tersebut di kemudian hari.
Temuan para peneliti ini menunjukkan bahwa memori memang dapat dikodekan dalam otak pada tahun-tahun pertama kehidupan kita. Para peneliti kini tengah meneliti apa yang terjadi pada memori tersebut seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan seseorang.
:quality(80)/https://cdn-dam.kompas.id/photo/ori/2023/02/08/830f2156-7910-4015-b230-125968eb1015.jpg)
Ketidakmampuan kita mengingat peristiwa-peristiwa tertentu saat masih bayi atau beberapa tahun pertama kehidupan disebut amnesia infantil. Akan tetapi, fenomena hilangnya ingatan tentang berbagai momen ataupun peristiwa saat kita masih bayi masih terus dipelajari dan menjadi tantangan tersendiri bagi semua peneliti.
Profesor psikologi di Fakultas Seni dan Sains Yale University, yang juga penulis utama studi tersebut, Nick Turk-Browne, menjelaskan, dalam studi terbaru ini, para peneliti ingin mengidentifikasi cara yang kuat untuk menguji ingatan episodik bayi.
Penelitian ini juga dilakukan dengan memperlihatkan gambar wajah, obyek, atau pemandangan baru kepada bayi berusia empat bulan hingga dua tahun. Setelah bayi melihat beberapa gambar lainnya, para peneliti kemudian memperlihatkan kepada mereka gambar yang pernah dilihat sebelumnya di samping gambar baru.
”Dengan memperlihatkan gambar kepada bayi, kami berharap mereka akan mengingatnya saat melihat gambar tersebut lagi. Jadi, jika bayi lebih sering menatap gambar yang dilihat sebelumnya daripada gambar baru di sebelahnya, itu dapat diartikan sebagai bayi mengenalinya sebagai sesuatu yang familier,” ujar Turk-Browne seperti dikutip dari situs resmi Yale University, Sabtu (22/3/2025).
:quality(80):watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https://cdn-dam.kompas.id/photo/ori/2024/09/20/ab2fff69-d7fb-4b98-b6ed-92decdbd3343.jpg)
Selain itu, peneliti juga mengukur aktivitas di hipokampus bayi saat mereka melihat gambar tersebut. Para peneliti menilai apakah aktivitas hipokampus berhubungan dengan kekuatan ingatan bayi. Mereka menemukan bahwa aktivitas di hipokampus semakin besar ketika bayi melihat gambar baru. Bayi juga cenderung lebih lama melihat gambar tersebut.
Kondisi ini ditemukan pada seluruh sampel yang terdiri atas 26 bayi. Akan tetapi, kondisi ini ditemukan paling kuat pada bayi yang berusia lebih dari 12 bulan atau setengah dari kelompok sampel. Faktor usia ini mengarah pada teori yang lebih lengkap tentang bagaimana hipokampus berkembang untuk mendukung pembelajaran dan ingatan.
Pembelajaran statistik
Dalam penelitian sebelumnya, tim peneliti menemukan bahwa hipokampus bayi berusia tiga bulan menunjukkan jenis memori berbeda yang disebut ”pembelajaran statistik”. Sementara memori episodik adalah kemampuan untuk mengingat peristiwa tertentu yang lebih spesifik, termasuk kapan dan di mana peristiwa itu terjadi, serta emosi dan konteks yang terkait.
Kedua jenis memori ini menggunakan jalur saraf yang berbeda di hipokampus. Saat melakukan penelitian pada hewan, para peneliti telah menunjukkan bahwa jalur pembelajaran statistik yang ditemukan di bagian hipokampus yang lebih anterior, berkembang lebih awal daripada jalur memori episodik.
Dengan memperlihatkan gambar kepada bayi, kami berharap mereka akan mengingatnya saat melihat gambar tersebut lagi.
Tristan Yates, peneliti pascadoktoral di Columbia University yang memimpin penelitian ini, menduga bahwa memori episodik mungkin muncul di kemudian hari pada masa bayi. Kemampuan mengingat diperkirakan muncul sekitar satu tahun atau lebih.
:quality(80)/https://cdn-dam.kompas.id/photo/ori/2022/04/30/94f19ea3-013b-4ac2-be43-36b76c0351f0.jpg)
”Pembelajaran statistik merupakan kemampuan untuk mengekstraksi struktur di dunia sekitar kita. Hal ini penting untuk pengembangan bahasa, penglihatan, konsep, dan banyak hal lainnya. Jadi, bisa dipahami mengapa pembelajaran statistik dapat berperan lebih awal daripada memori episodik,” katanya.
Turk-Browne menyebut bahwa meski memori episodik dapat dikodekan oleh hipokampus lebih awal, memori tersebut kemungkinan tidak diubah menjadi penyimpanan jangka panjang dan tidak bertahan lama. Kemungkinan lainnya, memori tersebut sebenarnya masih ada, tetapi kita tidak dapat mengaksesnya ketika tumbuh dewasa.
Saat ini, Turk-Browne dan peneliti lainnya tengah menguji apakah bayi, anak balita, dan anak-anak dapat mengingat video yang diambil dari sudut pandang mereka sebagai bayi. Hasil sementara penelitian ini menunjukkan bahwa ingatan tersebut kemungkinan bertahan hingga usia prasekolah sebelum akhirnya memudar.
”Kami berupaya melacak ketahanan memori hipokampus pada masa kanak-kanak. Kami mulai mempertimbangkan kemungkinan bahwa memori tersebut dapat bertahan dalam beberapa bentuk hingga dewasa meskipun tidak dapat diakses,” ucapnya.
What's Your Reaction?






