Peristiwa Penting pada Bulan Muharram
Di tahun baru Islam ini, yakni bulan Muharram terkandung banyak kisah dan peristiwa yang terjadi. Yang mana hal ini dituliskan dalam sebuah kitab klasik karya al-‘Allamah Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatha al-Dimyathi al-Bakri seorang ulama yang sangat terkenal di Masjidil Haram Mekkah pada zamannya.[1] Di antara peristiwa besar yang terjadi pada bulan ini ialah: […]
Di tahun baru Islam ini, yakni bulan Muharram terkandung banyak kisah dan peristiwa yang terjadi. Yang mana hal ini dituliskan dalam sebuah kitab klasik karya al-‘Allamah Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatha al-Dimyathi al-Bakri seorang ulama yang sangat terkenal di Masjidil Haram Mekkah pada zamannya.[1] Di antara peristiwa besar yang terjadi pada bulan ini ialah:
Diterimanya taubat Nabi Adam a.s. setelah diturunkan dari surga, diangkatnya Nabi Idris as, ke tempat yang tinggi, diturunkannya Nabi Nuh a.s., dari kapal, setelah banjir bandang, diselamatkannya Nabi Ibrahim a.s. dari bakaran apinya raja Namrud, diturunkannya kitab Taurat pada Nabi Musa a.s., dikeluarkannya Nabi Yusuf a.s. dari penjara, disembuhkannya kebutaan Nabi Ya’qub a.s. dari wasilah pakaiannya Nabi Yusuf a.s., disembuhkannya Nabi Ayyub a.s. dari sakit kulit yang berkepanjangan, dikeluarkannya Nabi Yunus a.s. dari perut ikan Nun, disibakkannya lautan bagi Bani Israil yang melarikan diri dari kejaran raja Fir’aun Mesir yang kejam, diampuninya Nabi Dawud a.s. dari kesalahannya.
Pada bulan ini juga Nabi Sulaiman a.s., diberi kekuasaan berupa kerajaan, kemudian diiangkatnya Nabi Isa a.s. ke langit setelah dikepung bangsa Romawi, diampuninya kesalahan yang telah lewat dan yang akan datang dari Nabi Muhammad Saw. Dan pada bulan ini pula awal penciptaan dunia, turunnya hujan serta turunnya rahmat ke bumi (tepatnya pada 10 Muharram).
Maka dari itu pada tanggal sepuluh bulan Muharram (Asyuro) umat Islam sangat dianjurkan melaksanakan puasa, selain karena puasa di tanggal 10 merupakan puasa dari para Nabi. Puasa di hari Asyuro tersebut bisa mengampuni dosa selama satu tahun, seperti apa yang disabdakan baginda Nabi Muhammad Saw;
عَنْ أَبي قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صِيامِ يَوْمِ عَاشُوراءَ، فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ المَاضِيَةَ. (رواه مسلم)
Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Qatadah ra: sungguh Rasulullah saw bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: ‘Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat’.” (H.R. Muslim)
Bukan hanya pada siang harinya, umat Islam dianjurkan ibadah, namun pada malam sepuluh tersebut umat Islam juga dianjurkan menghidupkannya, seperti apa yang disampaikan oleh Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatha al-Dimyathi al-Bakri, dalam kitabnya Ianatu at-Tholibin
فمن صام يوم عاشوراء فكأنما صام الدهر كله، وهو صوم الانبياء. ومن أحيا ليلة عاشوراء بالعبادة فكأنما عبد الله تعالى مثل عبادة أهل السموات السبع
“Barang siapa yang berpuasa di hari Asyuro (tanggal 10 bulan muharram) sama halnya berpuasa selama satu tahun dan puasa ini merupakan puasanya para Nabi, dan barang siapa yang menghidupkan malam Asyruro dengan ibadah, maka seperti ibadahnya ahli langit ke tujuh”
[1] Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatha al-Dimyathi al-Bakri, Ianatu at-Tholibin (2/302)
Ditulis oleh Faizal Amin, mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari
What's Your Reaction?