Pesan Ekologis dari Peristiwa Isra Mikraj
Mubadalah.id - Peristiwa Isra Mikraj merupakan momentum penting dalam sejarah Islam yang kita peringati setiap tahun, karena menyimpan banyak hikmah
Mubadalah.id – Peristiwa Isra Mikraj merupakan momentum penting dalam sejarah Islam yang kita peringati setiap tahun, karena menyimpan banyak hikmah sebagai pelajaran bagi umat manusia. Di antara isyarat tersebut ialah salah satunya terkait dengan pesan pelestarian lingkungan hidup.
Makna Simbolis Sidrah al-Muntaha dan Kelestarian Alam
Sidrah al-Muntaha sebagai tempat sangat istimewa yang diperlihatkan kepada Rasulullah. Tempat ini bukan hanya memiliki simbol spiritualitas belaka. Sidrah al-Muntaha mengandung banyak isyarat tentang pentingnya menjaga alam dan keseimbangan ekosistem.
عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (14) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (15) إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (16) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (17) لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى (18) }
(Yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda Tuhannya yang paling besar. (Q.S. an-Najm: 14-18)
Menurut beberapa hadis sahih menyebutkan bahwa bentuk Sidrah al-Muntaha seperti sebuah pohon. Sebagaimana dalam Kitab al-Mustadrok, Imam Hakim an-Naisaburi menukil riwayat dari Anas bin Malik:
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : رفعت لي سدرة منتهاها في السماء السابعة نبقها مثل قلال هجر ، وورقها مثل آذان الفيل ، يخرج من ساقها نهران ظاهران ونهران باطنان . قال : قلت : يا جبريل ، ما هذان ؟ قال : أما الباطنان ففي الجنة ، وأما الظاهران فالنيل والفرات
Bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Tatkala aku dinaikkan ke Sidrah al-Muntaha di langit ketujuh, buahnya seperti guci Hajar dan daunnya seperti telinga gajah. Dari batangnya muncul dua sungai yang terlihat dan dua sungai yang tersembunyi. Dia berkata: Aku bertanya, “Wahai Jibril, apakah dua sungai ini?” Dia menjawab, “Dua sungai yang di dalam ada di surga, dan dua sungai yang di luar adalah sungai Nil dan sungai Eufrat.” (H.R. Muslim).
Gambaran tentang Pohon dan Sungai
Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir (14/136-137), kata an-Nabq dalam hadis di atas artinya adalah buah pohon bidara (sidr). Ia juga menambahkan riwayat dari Sayyidah Asma binti Abu Bakar bahwa di Sidratul Muntaha terdapat faraasy (ngengat, kupu-kupu kecil yang biasa berkeliaran di sekitar lampu) emas. (H.R. Tirmidzi)
Gambaran tentang pohon yang di sekelilingnya mengalir air sungai dan berkeliaran kupu-kupu menunjukkan keindahan dan kemuliaan alam yang Allah ciptakan. Yakni dengan rincian yang penuh makna, menggambarkan betapa luar biasanya ciptaan-Nya. Hal ini memberi pelajaran berharga bagi umat Islam dan umat manusia secara umum. Yakni untuk lebih peduli untuk menjaga bumi dan lingkungan dengan sungguh-sungguh.
Sidrah al-Muntaha dengan sungainya yang agung, yang menyebutkan dua sungai luar sebagai Sungai Nil dan Eufrat. Selain itu juga memberi pesan penting tentang keberlanjutan sumber daya alam. Penyebutan dua sungai dalam hadis adalah isyarat dari pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana. Tujuannya agar dapat kita manfaatkan dengan adil dan berkelanjutan.
Pohon sidrah al-Muntaha juga menjadi isyarat keseimbangan alam yang sempurna, di mana sesuatu yang turun dari langit dan yang naik dari bumi bertemu di tempat tersebut. Sebagaimana dalam surah an-Najm bahwa Rasulullah bertemu malaikat Jibril di tempat itu. Hal ini mengingatkan akan pentingnya menjaga keseimbangan alam di dunia ini. Tujuannya agar ekosistem tetap berjalan dengan baik dan saling mendukung satu sama lain.
Perjalanan Isra Mikraj sebagai Refleksi untuk Meningkatkan Kesadaran Lingkungan
Apresiasi tinggi terhadap alam juga terdapat dalam perjalanan Isra Mikraj ketika Rasul saw. diperlihatkan berbagai macam keajaiban dan tanda-tanda fenomena kehidupan. Salah satunya saat Rasulullah menyaksikan golongan manusia yang menanam tumbuhan sekaligus memanen hasilnya hanya dalam waktu dua hari. Setiap selesai memanen akan tumbuh kembali seperti sebelum panen terjadi, dan begitu seterusnya.
Beliau saw. kemudian menanyakan hal itu kepada Malaikat Jibril yang kemudian menjawab, bahwa mereka ialah para mujahidin yang berjuang untuk menegakkan syariat-Nya. Di mana setiap pengeluaran yang mereka lakukan akan Allah kembalikan secara berkali-lipat.
Melalui peristiwa ini, memperlihatkan bahwa menjaga alam dengan menanam dan merawat tumbuhan digunakan sebagai perumpaan orang yang menafkahkan jiwa raga dan hartanya untuk berjuang di Jalan Allah.
Peristiwa Isra Mikraj mengajak umat Islam untuk melihat, bahwa pengorbanan serta kontribusi untuk kebaikan dan kelestarian alam akan mendapatkan balasan yang berlimpah. Selain itu, menjaga dan merawat alam juga menjadi bagian dari ibadah dan pengabdian kepada Tuhan.
Di dunia yang semakin terancam oleh perubahan iklim dan kerusakan alam, refleksi ekologis terhadap peristiwa Isra Mikraj menjadi pengingat. Terutama tentang keseimbangan alam yang harus kita jaga dengan penuh tanggung jawab. Sebagaimana Rasulullah sendiri juga telah memberikan teladan dalam kehidupan sehari-hari tentang bagaimana seharusnya manusia berinteraksi dengan alam. Wallah a’lam.[]
What's Your Reaction?