Kisah Kelahiran Rasulullah SAW, Lahir dalam Keadaan Yatim

Kelahiran Rasulullah SAW bertepatan dengan Tahun Gajah. Sang nabi dilahirkan dalam keadaan yatim tanpa seorang ayah.

Kisah Kelahiran Rasulullah SAW, Lahir dalam Keadaan Yatim
image
Jakarta - Nabi Muhammad SAW merupakan nabi sekaligus rasul terakhir yang Allah SWT utus. Ia lahir pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, tepatnya 570 M di Kota Makkah.

Terkait tahun kelahiran Nabi SAW dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas,

"Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal 12 di malam yang tenang pada bulan Rabiul Awal, Tahun Gajah."

Penyebutan Tahun Gajah sendiri disebabkan saat Nabi Muhammad SAW lahir bertepatan dengan penyerangan pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah bin Shabah, seorang Gubernur Jenderal Najasyi Habasyah di Yaman, seperti dikutip dari Sirah Nabawiyah karya Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri.

Abrahah berencana memindahkan pusat ibadah haji orang Arab yang berada di Kakbah ke gereja yang ia bangun. Allah SWT mengirimkan utusan-Nya untuk membinasakan pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah yang tak lain ialah burung ababil.

Para burung itu berbondong-bondong membawa 3 butir batu dari neraka. Satu batu diletakkan di paruhnya dan dua lainnya dicengkeram dengan kaki-kaki mereka yang kokoh.

Setelahnya, batu-batu tersebut dijatuhkan pada pasukan Abrahah. Siapapun yang terkena batu itu tidak selamat, sehingga para pasukan berhamburan untuk menyelamatkan diri. Namun akhirnya berujung tewas, termasuk Abrahah sendiri.

Dikisahkan dalam buku Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul oleh Ifsya Hamasah, Rasulullah SAW lahir sebagai yatim. Ayahnya yang bernama Abdullah wafat sebelum kelahirannya.

Setelah lahir pun, sang nabi diasuh oleh Halimah As-Sa'diyah untuk sementara waktu. Masa kecilnya dihabiskan di perkampungan Bani Sa'ad, sebuah daerah kering dan gersang.

Namun, setelah Rasulullah SAW diasuh oleh Halimah, keadaan perkampungan tersebut berubah menjadi subur. Para kambing menghasilkan banyak susu dan penduduk di sana berkata, "Gembalakanlah kambing-kambing kalian di ladang milik Halimah As-Sa'diyah." sebagaimana tertulis dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad susunan Moenawar Khalil.

Merujuk pada Sirah Nabawiyah, saat itu seharusnya Nabi Muhammad SAW dikembalikan ke keluarganya karena masa menyusuinya telah habis. Namun, Halimah mengajukan permohonan kepada ibunda sang nabi, Aminah, agar diizinkan untuk terus merawat Rasulullah SAW lebih lama.

Menurut Halimah, keluarganya mendapat banyak berkah sejak Nabi Muhammad tinggal bersama mereka. Permohonan itu lantas disetujui oleh Aminah.

Pada suatu ketika, sebuah peristiwa besar terjadi. Nabi Muhammad SAW kecil sedang bermain dan menggembala kambing dengan anak-anak Halimah di dekat rumahnya.

Tiba-tiba, dua orang laki-laki berpakaian putih mendekati dan membawa Nabi Muhammad SAW ke tempat yang agak jauh dari tempatnya menggembala. Saat itu, Nabi Muhammad SAW kecil ditinggalkan sendirian ketika anak-anak Halimah pulang untuk mengambil bekal makanan.

Ketika anak-anak Halimah kembali, mereka tidak menemukan Nabi Muhammad di mana-mana, namun melihat peristiwa besar saat para malaikat membersihkan hati Nabi Muhammad SAW. Mereka berlari ke rumah untuk memberitahu Halimah dan suaminya.

Mereka bergegas mencari Nabi Muhammad dan menemukannya duduk seorang diri di dekat sebuah rusun. Halimah bertanya mengapa Nabi Muhammad SAW berada di sana seorang diri, dan Nabi Muhammad menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya.

Dua orang laki-laki berpakaian putih tersebut ternyata adalah Malaikat Jibril yang membersihkan hati Nabi Muhammad SAW. Malaikat Jibril membelah dada Nabi Muhammad SAW, mengeluarkan sesuatu dari hatinya, dan berkata bahwa itu adalah bagian setan dalam dirinya.

Hati Nabi Muhammad SAW kemudian dimasukkan ke dalam sebuah bejana emas yang diisi dengan air zamzam untuk dibersihkan, lalu para malaikat mengembalikannya ke tempatnya semula.

Peristiwa ini terjadi sekitar tiga kali dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW, dan menjadi peristiwa pertama sebelum peristiwa Isra Mi'raj dan sebelum menerima perintah shalat 5 waktu. Bekas luka akibat jahitan dapat dilihat oleh Anas RA, yang menyaksikan kondisi dada Nabi Muhammad SAW.

Lalu, menginjak usia 5 tahun sang nabi akhirnya dipulangkan ke rumahnya. Ia kembali hidup bersama ibu beserta kakeknya.

Sayangnya, selang beberapa lama ketika Nabi SAW berumur 6 tahun ia kehilangan ibunya, Siti Aminah. Dia meninggal akibat sakit dan dikuburkan di Desa Abwaa'.

Sepeninggal ibunya, sang nabi diasuh oleh Abdul Muthalib yang merupakan kakeknya. Disebutkan, kakeknya memiliki tempat spesial karena Rasulullah SAW menghabiskan masa kecilnya bersama beliau.

Namun, 2 tahun setelahnya ketika beliau berusia 8 tahun sang kakek wafat. Akhirnya Nabi Muhammad SAW diserahkan kepada pamannya yang bernama Abu Thalib. Ketika bersama beliau, seorang pemuka agama mengenali Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT dan membawa Islam pada seluruh masyarakat dunia.

Simak Video "Jaga Kearifan Lokal, Masjid Al-Hikmah Dibangun dengan Nuansa Khas Bali"
[Gambas:Video 20detik]
(aeb/erd)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow